Nabi
Muhammad SAW Sangat Menyayangi Kucingnya Yang Bernama Mueeza. Banyak kisah-kisah tentang kucing (karena kucing memang binatang
yang banyak berkeliaran disekitar manusia). Bahkan Nabi juga memiliki kucing
peliharaan. Setiap Nabi menerima tamu di rumah, Nabi SELALU menggendong mueeza
(nama kucingnya) dan diletakkan dipahanya. Nabi bahkan berpesan untuk
menyayangi kucing peliharaan layaknya menyanyangi keluarga sendiri. Salah satu
sifat Mueeza yang paling Nabi sukai adalah ‘Mueeza selalu mengeong ketika
mendengar azan, seolah-olah ngeongnya seperti mengikuti lantunan suara adzan‘
Terus, pernah juga saat Nabi mau mengambil jubahnya, ada Muezza lagi tidur diatasnya.. Nabi pun memotong belahan lengan yang
ditiduri Mueeza dari jubahnya, tujuannya supaya tidak membangunkan Muezza.
Ketika Nabi pulang ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk kepada majikannya.
Sebagai balasan, Nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke
badan kucing itu.
Nabi menekankan di beberapa
haditsnya bahwa kucing itu tidaklah najis. Bahkan diperbolehkan untuk berwudhu
menggunakan air bekas minum kucing karena dianggap suci. Lantas kenapa
Rasulullah Saw yang buta baca-tulis, berani mengatakan bahwa kucing suci, tidak
najis? Lalu, bagaimana Nabi mengetahui kalau pada badan kucing tidak terdapat
najis?
Jangan anggap kucing boleh
mendatangkan penyakit ter utamanya bulu kucing yang mengakibatkan asma. Namun,
memelihara kucing dapat memberi manfaat terutamanya pemilik kucing iaitu:
1.
Menurut kajian yang
dibentangkan pada PertemuanTahunan asasi Strok Amerika 2008 menunjukkan pemilik
kucing berkemungkinan lebih kecil meninggal kerana serangan jantung atau strok.
2.
Sebahagian besar pemilik
kucing mengatakan kucing membuatkan mereka relaks dan tenang.
3.
Satu kajian yang dilakukan
menunjukkan tingkat kematian pemilik kucing disebabkan oleh serangan jantung
40% lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak memiliki kucing.
4.
Kajian dari universiti
Columbia menunjukkan anak-anak yang menjadikan kucing sebagai binatang
peliharaan memiliki tingkat kekebalan tubuh yang lebih tinggi.
Fakta-Fakta Ilmiah
Keistimewaan Pada Kucing
Fakta pertama
Pada kulit kucing terdapat
otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteri. Otot kucing itu juga dapat
menyesuaikan dengan sentuhan otot manusia. Permukaan lidah kucing tertutupi
oleh berbagai benjolan kecil yang runcing, benjolan ini bengkok mengerucut
seperti kikir atau gergaji. Bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulit.
Ketika kucing minum, tidak ada setetes pun cairan yang jatuh dari lidahnya.
Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat pembersih yang paling canggih,
permukaannya yang kasar dapat membuang bulu-bulu mati dan membersihkan
bulu-bulu yang tersisa di badannya.
Fakta
kedua
Telah dilakukan berbagai
penelitian terhadap kucing dan berbagai perbedaan usia, perbedaan posisi kulit,
punggung, bagian dalam telapak kaki, pelindung mulut, dan ekor. Hasil yang
didapatkan adalah:
1.
Hasil yang diambil dari
kulit luar tenyata negatif berkuman, meskipun dilakukan berulang-ulang.
2.
Perbandingan yang
ditanamkan kuman memberikan hasil negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan
yang diambil dari dinding mulut.
3.
Cairan yang diambil dari
permukaan lidah juga memberikan hasil negatif berkuman.
4.
Sekalinya ada kuman yang
ditemukan saat proses penelitian, kuman itu masuk kelompok kuman yang dianggap
sebagai kuman biasa yang berkembang pada tubuh manusia dalam jumlah yang
terbatas seperti, enterobacter, streptococcus, dan taphylococcus. Jumlahnya
kurang dan 50 ribu pertumbuhan.
5.
Tidak ditemukan kelompok
kuman yang beragam.
Analisis
Dokter Tentang Kucing.
Menurut Dr. George Maqshud,
ketua laboratorium di Rumah Sakit Hewan Baitharah, jarang sekali ditemukan
adanya kuman pada lidah kucing. Jika kuman itu ada, maka kucing itu akan sakit.
Dr. Gen Gustafsirl
menemukan bahwa kuman yang paling banyak terdapat pada anjing, selanjutnya
manusia 1/4 anjing, sedangkan kucing 1/2 manusia. Dokter hewan di rumah sakit
hewan Damaskus, Sa’id Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat
pembersih yang bemama lysozyme.
Kucing tidak suka air
karena air merupakan tempat yang sangat subur untuk pertumbuhan bakteri,
terlebih pada genangan air (lumpur, genangan hujan, dll). Kucing juga sangat
menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya. Ia tidak banyak berjemur dan tidak
dekat-dekat dengan air. Tujuannya agar bakteri tidak berpindah kepadanya.
Inilah yang menjadi faktor tidak adanya kuman pada tubuh kucing.
Beberapa
Hadits Tentang Kucing
Hadis Kabsyah binti Ka’b bin Malik menceritakan bahwa Abu Qatadah, mertua
Kabsyah, masuk ke rumahnya lalu ia menuangkan air untuk wudhu. Pada saat itu,
datang seekor kucing yang ingin minum. Lantas Ia menuangkan air di bejana
sampai kucing itu minum. Kabsyah berkata, “Perhatikanlah.” Abu Qatadah berkata,
“Apakah kamu heran?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu, Abu Qatadah berkata bahwa Nabi
SAW pernah bersabda, “Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling
di rumah (binatang rumahan)”. (HR At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu
Majah).
Diriwayatkan dan Ali bin
Al-Hasan, dan Anas yang menceritakan bahwa Nabi Saw pergi ke Bathhan suatu
daerah di Madinah. Lalu, beliau berkata, “Ya Anas, tuangkan air wudhu untukku
ke dalam bejana.” Lalu, Anas menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi menuju
bejana. Namun, seekor kucing datang dan menjilati bejana. Melihat itu, Nabi
berhenti sampai kucing tersebut berhenti minum lalu berwudhu. Nabi ditanya
mengenai kejadian tersebut, beliau menjawab, “Ya Anas, kucing termasuk
perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis.”
Diriwayatkan dari Dawud bin
Shalih At-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya memberikan Aisyah
semangkuk bubur. Namun, ketika ia sampai di rumah Aisyah, tenyata Aisyah sedang
shalat. Lalu, ia memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya, setelah Aisyah
menyelesaikan shalat, ia lupa ada bubur. Datanglah seekor kucing, lalu memakan
sedikit bubur tersebut. Ketika ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah
lalu membersihkan bagian yang disentuh kucing, dan Aisyah memakannya.
Rasulullah Saw bersabda,
“Ia tidak najis. Ia binatang yang berkeliling.” Aisyah pernah melihat
Rasulullah Saw berwudhu dari sisa jilatan kucing. (HR AlBaihaqi, Abd Al-Razzaq,
dan Al-Daruquthni)
Kesalahan
Persepsi Manusia Tentang Kucing
Lihat begitu luar biasanya
kucing itu, bahkan sampe jadi hewan peliharaan kesayangan Nabi. Namun sayangnya
banyak sekali dari kita yang berpandangan negatif seputar binatang ini, ada
yang mengatakan kucing dapat menyebabkan asma karena bulu-bulunya, ada juga
yang bilang kucing terinfeksi toxoplasma.
Toxoplasma berasal dari
infeksi parasit Toxoplasma Gondii. Adapun penularannya pada manusia melalui
empat cara yaitu:
1.
Secara tidak sengaja
memakan makanan yang tercemari parasit ini. Misalnya kita makan sayuran yang
tidak dicuci bersih dan ternyata parasit toxo telah mencemarinya.
2.
Memakan daging sapi,
kambing, babi, ayam, babi atau anjing yang mengandung parasit toxo yang tidak
dimasak dengan sempurna (matang).
3.
Infeksi melalui placenta
bayi dalam kandungan.
4.
Seorang ibu hamil yang
terinfeksi toxoplasma bisa menularkan parasit ini pada janin yang dikandungnya,
penularan ini disebut penularan secara congenital.
5.
Melalui transfusi darah,
transplantasi organ dari seorang donor yang kebetulan menderita toxoplasmosis.
Toxoplasma bisa menyerang
perempuan maupun laki-laki. Sesungguhnya tak hanya kucing yang bisa terinfeksi
parasit Toxoplasma, karena semua hewan berdarah panas (unggas dan mamalia)
sebenarnya juga bisa terinfeksi sebagai induk semang perantaranya (Intermediate
host).
Mari kita simak penjelasan
dari Penyakit Toxoplasma dan penyebarannya.
Seberapa
Besar Resiko Penularan Penyakit Toxoplasma Terhadap Manusia
Toxoplasma merupakan sejenis parasit yang dapat hidup di usus
kucing, parasitnya berpotensi menulari lewat tinja kucing. Karena
tinja kucing berceceran di sekitar rumah, bisa jadi parasit juga berpotensi
tersebar di sekitar permukaan tanah, lantai, dan pekarangan rumah. Parasit juga
melekat pada bulu, mulut, dan wadah bekas makan kucing. Nahhh .. tu wilayah
yang perlu diwaspadai ya!
Parasit dalam usus kucing
ini juga bisa hidup di tubuh manusia. Maka kita sebut penyakit hewan yang bisa
juga pada manusia atau zoonosis. Berdekatan hidup dengan kucing berisiko
tertular parasit ini. Tenang dulu Tentu tidak semua kucing membawa parasit ini.
Hanya kucing yang tertular saja yang menjadi sumber penular.
Bukan hanya kucing. Bisa
juga anjing, kambing, sapi, kerbau, atau hewan apa saja yang tertular parasit
ini. Biasanya hewan yang merumput. Kambing dan kerbau mendapatkannya setelah
makan rumput yang sudah tercemar parasit ini. Kotoran kucing yang berceceran
terbawa kaki kucing ke rumput yang kemudian dimakan kambing atau hewan pemakan
rumput lainnya.
Parasit dalam bentuk kiste
yang masuk ke tubuh kambing atau pemakan rumput yang tercemar parasit akan
tumbuh di dalam daging. Maka hati-hati makan daging kambing, kerbau, atau sapi
setengah matang, jika ternyata ternak tersebut mengidap toxoplasmosis.
Bagi bayi, toxoplasma sama
risikonya dengan pada orang dewasa. Namun kelak pada kaum Hawa, parasit ini
menimbulkan masalah bila sedang hamil positif toxoplasma. Tahunya berpenyakit,
dari pemeriksaan darah di laboratorium, kedapatan positif toxoplasma. Kehamilan
dengan toxoplasma berakibat anak cacat dalam kandungan, kalau bukan anak mati.
Maka sebaiknya tidak hamil dulu kalau positif toxoplasma.
Ada jenis penyakit lain
yang dibawa kucing, berupa penyakit cacing. Tapi tidak lebih berbahaya
dibanding toxoplasma. Cara mencegah agar tidak tertular, dengan menjaga kebersihan.
Selain kebersihan lingkungan rumah, juga kebersihan perorangan, khususnya
tertib mencuci tangan. Parasit dari sekitar rumah mudah melekat pada jemari
tangan. Bila makan tanpa membasuh tangan dengan sabun sampai bersih, maka
penularan toxoplasma berlangsung melalui jemari tangan ini.
Yang terpenting jaga
kebersihan aja.
Sebagai pencinta kucing,
Anda pasti tidak akan keberatan kalau Si Manis mendaratkan gigitan atau cakaran
mesranya di tubuh Anda. Tapi tahukah Anda apa yang terkandung dalam air liur
kucing kesayangan Anda itu? Di dalam air liur kucing terdapat bakteri
Bartonella henselae. Bakteri ini merupakan bakteri yang cukup berbahaya bagi
pencinta kucing karena pada tingkat lanjut dari infeksinya dapat menyebabkan
kematian.
B. henselae menyebabkan penyakit yang
disebut sebagai cat-scratch disease (CSD) atau penyakit cakaran kucing.
Penyakit ini dapat menyerang manusia melalui gigitan, cakaran dan paparan air
liur kucing. Bakteri B. henselae terdapat dalam air liur semua jenis kucing.
Bakteri ini dibawa oleh kutu kucing. Keberadaan B. henselae dalam air liur
kucing tidak menyebabkan kucing menjadi sakit. Hampir sebagian besar kucing
membawa bakteri ini pada air liurnya. Anak kucing lebih rentan untuk terpapar
bakteri ini daripada kucing dewasa.
B. henselae terdapat di
seluruh belahan dunia. Pada negara-negara 4 musim, bakteri ini selalu muncul
ketika musim dingin dan gugur. CSD tidak menular dari manusia ke manusia. CSD
hanya ditularkan melalui cakaran atau gigitan kucing yang sebelumnya telah terpapar
B. henselae. CSD juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan air liur
kucing, terutama jika terdapat luka yang terbuka. Jika seseorang telah tertular
CSD, maka orang tersebut biasanya akan menciptakan imun sehingga kebal terhadap
serangan CSD berikutnya.
Umumnya CSD tidak berbahaya
dan dapat sembuh dengan sendirinya. Setelah dicakar atau digigit kucing
biasanya akan tampak luka atau bengkak pada bagian yang terkena cakaran atau
gigitan. Luka atau bengkak tersebut dapat juga muncul dalam waktu 3-10 hari
kemudian. Luka akan tampak merah, sakit dan bernanah. Jika keadaan ini tidak
segera diobati, akan timbul komplikasi yang dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi akan semakin parah bila terjadi pada orang tua, anak-anak, penderita
HIV dan diabetes.
Gejala
1. Demam.
2. Letih.
3. Sakit kepala.
4. Hilang selera makan.
5. Bengkak dan sakit yang
tidak sembuh dalam waktu lama.
Golongan
berisiko
1. Anak-anak.
2. Orang tua.
3. Penderita HIV.
4. Pengidap diabetes.
5. Orang yang sering
membelai kucing.
Diagnosa
dan perawatan
Ada tiga jenis uji untuk
mendiagnosa CSD, yaitu:
1. Uji
kulit.
2. Uji
darah.
3. Uji B. henselae dengan
menggunakan cairan atau jaringan dari kelenjar limfa yang bengkak.
Umumnya CSD bukanlah
penyakit yang memerlukan perawatan khusus, tetapi bila terjadi pembengkakan
kelenjar limfa dan terasa sangat sakit maka akan diperlukan antibiotik. Bila
kelenjar limfa membengkak mengeluarkan nanah, maka diperlukan pembedahan kecil
untuk mengeluarkan nanah tersebut.
Komplikasi
CSD
1. Bakteri B.
henselae dapat menyebar sampai ke jaringan luar otak (meningitis) dan otak (encephalitis).
Pada 3-5% orang yang terpapar B. henselae mengalami hal ini.
2. Radang
pada retina mata.
Diperlukan perawatan jika:
1. Bekas cakaran atau gigitan
tidak juga sembuh dalam waktu 2-3 minggu.
2. Daerah sekitar gigitan
menjadi merah dan membengkak setelah 2 hari.
3. Demam berkepanjangan selama
beberapa hari setelah dicakar atau digigit.
4. Kelenjar limfa yang
membengkak dan sakit lebih dari dari 2-3 minggu.
5.
Sakit pada daerah sendi
atau tulang, sakit perut (muntah atau diare) tanpa disertai demam.
6.
Merasa sangat letih lebih
dari 2-3 minggu.
Pencegahan CSD
1. Membiasakan diri
selalu mencuci tangan setiap kali memegang kucing.
2. Hati-hati ketika
membelai kucing, jangan sampai kucing menjadi merasa terganggu hingga mencakar
atau menggigit.
3.
Mandikan kucing dengan
teratur untuk mencegah kutu.
4. Jika ada kucing yang
berkelahi sebaiknya tidak usah dilerai dengan tangan langsung untuk mecegah
terkena cakaran atau gigitannya.
Toxoplasmosis
(toxo) adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal yang
disebut Toxoplasma gondii. Infeksi paling umum didapat dari kontak dengan
kucing-kucing dan feces mereka atau daging mentah atau yang kurang masak.
Pusat-pusat pengontrol dan
pencegah penyakit Amerika (CDC) memperkirakan bahwa lebih dari 60 juta
orang-orang di Amerika mungkin membawa parasit Toxoplasma, namun hanya sangat
sedikit yang mempunyai gejala-gejala karena sistim imun yang sehat biasanya
menjaga parasit-parasit dari menyebabkan penyakit.
Virus Toxoplasma merupakan
salah satu jenis virus TORCH yang berbahaya terutama untuk wanita hamil. Suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa yang tergolong dalam coccidia.
Sebagai haspes definitif parasit ini adalah kucing, sedangkan manusia sebagai
haspes perantara.
Siklus haspes Toxoplasmosis
gondii terdiri dari dua fase, yaitu fase reproduktif (aseksual dan seksual)
dalam haspes definitif dan fase proliferasi. Pada haspes perantara perkembangan
parasit dalam usus kucing menghasilkan ookista yang di keluarkan bersama dengan
tinja kucing. Ookista menjadi matang dan infektif dalam waktu 3-5 hari di
tanah.
Ookista yang matang dapat
hidup setahun didalam tanah yang lembab dan panas, yang tidak terkena sinar
matahari secara langsung. Seekor kucing dapat menghasilkan ookista 10 juta
sehari selama 2 minggu.
Cara
Penularan Virus Toxoplasma.
Bila Ookista yang matang
tertelan tikus, burung, babi, kambing dan manusia (haspes perantara) maka
haspes perantara akan terinfeksi. Manusia dapat terinfeksi parasit ini bila
memakan daging yang kurang matang atau sayuran yang mengandung okista atau
dapat pula pada anak-anak yang suka bermain di tanah serta ibu-ibu yang gemar
berkebun dan petani yang tangannya dapat tertempel ookista dari tanah.
TOXOPLASMA
Cara
Penularan Toxoplasma.
Hal ini dapat juga terjadi
pada orang yang senang menggendong-gendong kucing sebagai hewan kesayangan,
karena tangan mereka dapat tertempel ookista dari bulu kucing.
Setelah ookista atau kista
jaringan ditelan manusia, nasib parasit akan ditentukan oleh keadaan kekebalan
tubuh penderita :
Apabila keadaan kekebalan
tubuh baik, maka parasit didalam sel yang berbentuk bradyzoite akan mati.
Parasit dan sel tubuh yang mati ini akan menimbulkan reaksi radang menahun
ringan seperti berkumpulnya sel limfosit dan makrofag.
Pada individu yang tidak
mempunyai kekebalan tubuh atau kekebalan tubuhnya sangat rendah maka parasit
yang ada didalam sel tersebut akan berkembang dengan cepat sehingga sel akan
rusak. Dalam hal seperti ini akan banyak ditemukan kerusakan sel dengan parasit
disekitarnya dan reaksi radang. Pada keadaan seperti ini, timbul gejala klinis.
Apabila keadaan kekebalan
tubuh ada, tetapi tidak cukup untuk mematikan, bradyzoite akan tetap berada
didalam sel berupa kista yang tidak menimbulkan reaksi jaringan. Keadaan ini
bisa berlangsung lama. Bila suatu saat keadaan yang laten ini dapat berubah
menjadi infeksi yang akut.
Gejala
Klinis Penderita Virus Toxo.
Manusia yang terinfeksi
Virus toxoplasma / Toxo akut pada umumnya tidak merasakan sakit yang menarik
perhatiannya sehingga tidak terdeteksi. Gejala klinis yang muncul mirip dengan
gejala klinis penyakit infeksi pada umumnya, yaitu :
1.
Demam.
2. Pembesaran kelenjar limfa
dileher bagian belakang tanpa rasa sakit.
3.
Sakit kepala.
4.
Rasa sakit di otot.
5.
Lesu / lemas.
Gejala ini biasanya sembuh
secara spontan ( Frenkle 1990 ). Strickland (1991) melaporkan 89% penderita
toxoplasma akut mengalami gejala klinis berupa demam, 84% sakit kepala dan
pembesaran kelenjar limfa, 60% sakit di otot, 54% leher kaku dan tidak nafsu
makan, 20% dengan bercak- bercak merah dikulit, 24% sakit disendi dan 11%
dengan radang hati.
Toxoplasmosis
akut dan reinfeksi pada wanita hamil dapat menyebabkan penularan secara
pasif bayi yang dikandung. Besarnya angka penularan pada bayi tergantung pada usia
kehamilan. Angka penularan sebesar 1% terjadi bila wanita hamil menderita
toxoplasmosis sebelum terjadi pembuahan, 12% bila usia kehamilan 6 – 16 minggu
dan 20% bila usia kehamilan 16 – 28 minggu sampai saat dilahirkan.
Bayi yang dikandung oleh
wanita hamil di usia kehamilan trimester I mampu terinfeksi sebesar 25%,
sedangkan diusia kehamilan trimester III sebesar 65%.
Infeksi pada kehamilan
sangat awal dapat menyebabkan abortus dan bayi meninggal dalam kandungan.
Infeksi pada kehamilan
trimester I dapat menyebabkan kelainan bawaan yang berat pada bayi, karena pada
saat itu sedang berlangsung proses pertumbuhan alat-alat tubuh. Kelainan bawaan
yang terjadi dapat berupa Hidrosepalus, Mikrosepalus, perkapuran otak, gangguan
syaraf seperti kejang-kejang, gangguan reflek, retandasi mental, gangguan
pengelihatan yang dapat menyebabkan kebutaan dan radang hati (Frenkle–1990, Kierzenbaum – 1994 ).
Orang yang terinfeksi Virus
toxoplasma yang kronis dapat terjadi gejala klinis berupa Korioretinitis yang
dapat menyebabkan gangguan pengelihatan, sakit kepala, Ensefalitis, bahkan
lumpuh sebagian badan (Soemarsono, 1990).
Tips
untuk Menghindari Toxoplasma:
1.
Sediakan pasir atau tempat
kotoran untuk kucing dan sebaiknya dibersihkan setiap hari. Nah kita juga harus
rajin bersih-bersih, lagian kucing kalau mau pup dipasir selalu dikubur, karena
kucing itu sendiri adalah hewan yang pemalu. Malah sebenarnya kalau gak ada
pasir atau tanah, kucing akan menahan pup sekuat tenaga, kalau bener-bener udah
gak tahan, terpaksanya pup di pojokan. Makanya sediakanlah lahan pasir buat
kucing
2. Cegahlah kucing agar tidak
berburu tikus, burung, lalat dan kecoa (kasih makan makanan yang bersih, matang
dan layak).
3.Jangan memberi makan hewan
peliharaan dengan daging, jeroan, tulang dan susu mentah, sebelum di masak
terlebih dahulu.
4.
Setelah mencuci
daging mentah sebaiknya cuci tangan dengan sabun agar tak ada parasit yang tertinggal
di tangan.
5.
Cucilah tangan dengan sabun
setiap kali hendak makan.
6. Hindari memakan daging
mentah atau setengah matang. Makanlah daging yang benar-benar telah dimasak
sampai matang.
7. Cuci bersih sayur-mayur dan
buah-buahan yang hendak dikonsumsi mentah sebelum dimakan (dilalap).
8.
Untuk ibu-ibu hamil,
sebaiknya tidak membersihkan tempat kotoran kucing ataupun mencuci daging
ataupun jeroan selama masa kehamilan. Mintalah bantuan orang lain untuk
mengerjakannya.
9.
Untuk ibu-ibu yang
berencana untuk hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui
ada tidaknya infeksi Toxoplasma.
10. Jika anda memelihara kucing, latihlah dari kecil kucing tersebut
dengan membiasakan buang kotoran pada tempatnya.
Semoga bagi teman-teman
yang memelihara kucing akan mendapat rezeki tambahan dari ALLAH … Amiin ….
Posted by : Opar
Suparma, M.Si
(Sumber:
toleethong.multiply)