Education and Knowledge Update
فَاطِرُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَٰمِ أَزۡوَٰجٗا يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١١
Apa Saja Yang Termasuk 9 Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah
itu ?
Sahabatku berikut ini Abah Opar akan
menyampaikan pemaparan atau penjelasan tentang 9 prinsip Aqidah Ahlus
Sunah Wal-jama’ah yang perlu untuk kita sikapi sebagai kajian atau
paling tidak sebagai knowledge kita sebelum menentukan pilihan
yang akan diyakini, khususnya untuk kaum muslimin. Adapun ke-9 prinsp
Aqidah Ahlus Sunah Wal-jama’ah yaitu:
(1). Beriman kepada Allah,
para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Taqdir baik
dan buruk.
(2). Bahwasanya iman itu
perkataan, perbuatan dan keyakinan yang bisa bertambah dengan keta'atan dan
berkurang dengan kema'shiyatan, maka iman itu bukan hanya perkataan dan
perbuatan tanpa keyakinan sebab yang demikian itu merupakan keimanan kaum
munafiq, dan bukan pula iman itu hanya sekedar ma'rifah (mengetahui) dan
meyakini tanpa ikrar dan amal sebab yang demikian itu merupakan keimanan
orang-orang kafir yang menolak kebenaran.
(3). Bahwasanya mereka tidak
mengkafirkan seorangpun dari kaum muslimin kecuali apabila dia melakukan
perbuatan yang membatalkan keislamannya. Adapun perbuatan dosa besar selain
syirik dan tidak ada dalil yang menghukumi pelakunya sebagai kafir.
(4). Wajibnya ta'at kepada
pemimpin kaum muslimin selama mereka tidak memerintahkan untuk berbuat
kema'skshiyatan, apabila mereka memerintahkan perbuatan ma'shiyat, dikala
itulah kita dilarang untuk menta'atinya namun tetap wajib ta'at dalam kebenaran
lainnya.
(5). Haramnya keluar untuk
memberontak terhadap pemimpin kaum muslimin apabila mereka melakukan hal-hal
yang menyimpang, selama hal tersebut tidak termasuk amalan kufur.
(6). Bersihnya hati dan mulut
mereka terhadap para sahabat Rasul Radhiyallahu 'anhum sebagaimana hal ini
telah digambarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ketika mengkisahkan Muhajirin
dan Anshar dan pujian-pujian terhadap mereka.
(7). Mencintai ahlul bait
sesuai dengan wasiat Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam.
(8). Membenarkan adanya
karomah para wali yaitu apa-apa yang Allah perlihatkan melalui tangan-tangan
sebagian mereka, berupa hal-hal yang luar biasa sebagai penghormatan kepada
mereka sebagaimana hal tersebut telah ditunjukkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
(9). Bahwa dalam berdalil
selalu mengikuti apa-apa yang datang dari Kitab Allah dan atau Sunnah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam baik secara lahir maupun bathin dan
mengikuti apa-apa yang dijalankan oleh para sahabat dari kaum Muhajirin maupun
Anshar pada umumnya dan khususnya mengikuti Al-Khulafaur-rasyidin sebagaimana
wasiat Rasulullah dalam sabdanya.
Untuk lebih jelasnya mari
kita bahas satu persatu lengkap dengan dalilnya.
بِسۡمِ ٱللَّهِ
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١
Segala puji
bagi Allah Rab semesta alam yang telah menunjuki kita sekalian kepada cahaya
Islam dan sekali-kali kita tidak akan mendapat petunjuk jika Allah tidak
memberi kita petunjuk. Kita memohon kepada-Nya agar kita senantiasa ditetapkan
di atas hidayah-Nya sampai akhir hayat, sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu
wa Ta'ala.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم
مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
"Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar
taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan
Islam". [Ali-Imran: 102].
Begitu pula kita memohon agar hati kita tidak dicondongkan kepada kesesatan
setelah kita mendapat petunjuk.
رَبَّنَا لَا تُزِغۡ
قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ
أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ ٨
"Artinya:
Ya Allah, janganlah engkau palingkan hati-hati kami setelah engkau memberi kami
hidayah". [Ali Imran: 8]
Dan semoga shalawat serta
salam senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi kita, suri tauladan dan kekasih
kita, Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang telah diutus-Nya
sebagai rahmat bagi alam semesta. Dan semoga ridla-Nya selalu dilimpahkan
kepada para sahabatnya yang shalih dan suci, baik dari kalangan Muhajirin
maupun Anshar, serta kepada para pengikutnya yang setia selama ada waktu malam
dan siang.
Wa ba'du: Inilah beberapa
kalimat ringkas tentang penjelasan 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah yang pada
kenyataan hidup masa kini diperselisihkan oleh umat Islam sehingga mereka
terpecah belah. Hal itu terbukti dengan tumbuhnya berbagai kelompok (da'wah)
kontemporer dan jama'ah-jama'ah yang berbeda-beda. Masing-masing menyeru
manusia (umat Islam) kepada golongannya; mengklaim bahwa diri dan golongan
merekalah yang paling baik dan benar, sampai-sampai seorang muslim yang masih
awam menjadi bingung kepada siapakah dia belajar Islam dan kepada jama'ah mana
dia harus ikut bergabung. Bahkan seorang kafir yang ingin masuk Islam-pun bingung.
Islam apakah yang benar yang harus di dengar dan dibacanya; yakni ajaran Islam
yang bersumber kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah yang telah diterapkan dan
tergambar dalam kehidupan para sahabat Rasulullah yang mulia dan telah menjadi
pedoman hidup sejak berabad-abad yang lalu; namun justru dia hanya bisa melihat
Islam sebagai sebuah nama besar tanpa arti bagi dirinya.
Begitulah yang pernah
dikatakan oleh seorang orientalis tentang Islam : "Islam itu tertutup oleh
kaumnya sendiri", yakni orang-orang yang mengaku-ngaku muslim tetapi tidak
konsisten (menetapi) dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Kami tidak mengatakan
bahwa Islam telah hilang seluruhnya oleh karena Allah telah menjamin
kelanggengan Islam ini dengan keabadian Kitab-Nya sebagaimana Dia telah
berfirman.
إِنَّا نَحۡنُ
نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩
"Artinya:
Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya". [Al-Hijr: 9]
Maka, Pastilah akan
senantiasa ada segolongan kaum muslimin yang tetap teguh (konsisten) memegang
ajarannya dan memelihara serta membelanya sebagaimana di firmankan Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ
يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى
ٱلۡكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمٖۚ
ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٥٤
"Artinya : Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya
(dari Islam), maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lembut terhadap orang-orang
mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan
Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela
...". [Al-Maaidah : 54]
Dan firman Allah.
هَٰٓأَنتُمۡ هَٰٓؤُلَآءِ
تُدۡعَوۡنَ لِتُنفِقُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَمِنكُم مَّن يَبۡخَلُۖ وَمَن
يَبۡخَلۡ فَإِنَّمَا يَبۡخَلُ عَن نَّفۡسِهِۦۚ وَٱللَّهُ ٱلۡغَنِيُّ وَأَنتُمُ
ٱلۡفُقَرَآءُۚ وَإِن تَتَوَلَّوۡاْ يَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ ثُمَّ لَا
يَكُونُوٓاْ أَمۡثَٰلَكُم ٣٨
38. Ingatlah, kamu
ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka
di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah
kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah
orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia
akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu
ini ". [Muhammad : 38]
Golongan atau jama'ah
yang dimaksud adalah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam dalam hadits
"Artinya : Akan
senantiasa ada segolongan dari umatku yang tetap membela al-haq, mereka
senantiasa unggul, yang menghina dan menentang mereka tidak akan mampu
membahayakan mereka hingga datang keputusan Allah (Tabaraka wa Ta'la), sedang
mereka tetap dalam keadaan yang demikian". [Dikeluarkan oleh Imam
Al-Bukhari 4/3641, 7460; dan Imam Muslim 5 juz 13, hal. 65-67 pada syarah Imam
Nawawy]
Bertolak dari sinilah
kita dan siapa saja yang ingin mengenal Islam yang benar beserta pemeluknya
yang setia harus mengenal golongan yang diberkahi ini dan yang mewakili Islam
yang benar, Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan ini agar kita
bisa mengambil contoh dari berjalan pada jalan mereka dan agar supaya orang
kafir yang ingin masuk Islam itupun dapat mengetahui untuk kemudian bisa
bergabung.
Al-Firqotun Najiyah Adalah Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah
Pada masa
kepemimpinan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kaum muslimin itu adalah
umat yang satu sebagaimana di firmankan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
إِنَّ هَٰذِهِۦٓ
أُمَّتُكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَأَنَا۠ رَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُونِ ٩٢
"Artinya
: Sesungguhnya kalian adalah umat yang satu dan Aku (Allah) adalah Rab kalian,
maka beribadahlah kepada-Ku". [Al-Anbiyaa : 92].
Maka kemudian sudah beberapa kali kaum Yahudi dan munafiqun berusaha memecah
belah kaum muslimin pada zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, namun
mereka belum pernah berhasil. Telah berkata kaum munafiq.
"Artinya : Janganlah
kamu berinfaq kepada orang-orang yang berada di sisi Rasulullah, supaya mereka
bubar". Yang kemudian dibantah langsung oleh Allah (pada lanjutan ayat
yang sama) : "Padahal milik Allah-lah perbandaharaan langit dan bumi, akan
tetapi orang-orang munafiq itu tidak memahami".
هُمُ ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ
لَا تُنفِقُواْ عَلَىٰ مَنۡ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ حَتَّىٰ يَنفَضُّواْۗ وَلِلَّهِ
خَزَآئِنُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَفۡقَهُونَ
٧
7. Mereka
orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu
memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi
Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)". Padahal
kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik
itu tidak memahami [Al-Munafiqun : 7].
Demikian pula, kaum Yahudi-pun berusaha memecah belah dan memurtadkan mereka
dari Ad-Din mereka.
وَإِنَّ مِنكُمۡ لَمَن
لَّيُبَطِّئَنَّ فَإِنۡ أَصَٰبَتۡكُم مُّصِيبَةٞ قَالَ قَدۡ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيَّ
إِذۡ لَمۡ أَكُن مَّعَهُمۡ شَهِيدٗا ٧٢
"Artinya
: Segolongan (lain) dari Ahli Kitab telah berkata (kepada sesamanya) :
(pura-pura) berimanlah kamu kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang
beriman (para sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah pada akhirnya,
mudah-mudahan (dengan cara demikian) mereka (kaum muslimin) kembali kepada
kekafiran". [Ali Imran : 72].
Walaupun demikian, makar yang seperti itu tidak pernah berhasil karena Allah
menelanjangi dan menghinakan (usaha) mereka
Kemudian mereka berusaha
untuk kedua kalinya mereka berusaha kembali memecah belah kesatuan kaum
muslimin (Muhajirin dan Anshar) dengan mengibas-ngibas kaum Anshar tentang
permusuhan diantara mereka sebelum datangnya Islam dan perang sya'ir diantara
mereka. Allah membongkar makar tersebut dalam firman-Nya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوٓاْ إِن تُطِيعُواْ فَرِيقٗا مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ
يَرُدُّوكُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡ كَٰفِرِينَ ١٠٠
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika kalian mengikuti segolongan
orang-orang yang diberi Al-Kitab niscaya mereka akan mengembalikan kalian
menjadi orang kafir sesudah kalian beriman".[Ali Imran : 100].
Sampai pada firman Allah.
يَوۡمَ تَبۡيَضُّ وُجُوهٞ
وَتَسۡوَدُّ وُجُوهٞۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسۡوَدَّتۡ وُجُوهُهُمۡ أَكَفَرۡتُم
بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡ فَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡفُرُونَ ١٠٦
106. pada hari yang di waktu itu
ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang
hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah
kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu""
[Ali-Imran : 106]
Maka kemudian Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi kaum Anshar : menasehati dan
mengingatkan mereka ni'mat Islam dan bersatunya merekapun melalui Islam,
sehingga pada akhirnya mereka saling bersalaman dan berpelukan kembali setelah
hampir terjadi perpecahan. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir I/397 dan Asbabun
Nuzul Al-Wahidy hal. 149-150]. Dengan demikian gagallah pula makar
Yahudi dan tetaplah kaum muslimin berada dalam persatuan. Allah memang
memerintahkan mereka untuk bersatu di atas Al-Haq dan melarang perselisihan dan
perpecahan sebagaimana firman-Nya.
وَلَا تَكُونُواْ
كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَٱخۡتَلَفُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ
ٱلۡبَيِّنَٰتُۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ ١٠٥
105. Dan janganlah kamu
menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa
yang berat. [Ali-Imran : 105].
Dan firman-Nya pula
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ
ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ
إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم
بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ
فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ
لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٠٣
103. Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk [Ali-Imran : 103].
Dan sesungguhnya Allah telah mensyariatkan persatuan kepada mereka dalam
melaksanakan berbagai macam ibadah : seperti shalat, dalam shiyam, dalam
menunaikan haji dan dalam mencari ilmu. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam-pun telah memerintahkan kaum muslimin ini agar bersatu dan melarang
mereka dari perpecahan dan perselisihan. Bahkan beliau telah memberitahukan suatu
berita yang berisi anjuran untuk bersatu dan larangan untuk berselisih, yakni
berita tentang akan terjadinya perpecahan pada umat ini sebagaimana hal
tersebut telah terjadi pada umat-umat sebelumnya.
"Artinya :
Sesunguhnya barangsiapa yang masih hidup diantara kalian dia akan melihat
perselisihan yang banyak, maka berpegang teguhlah kalian dengan sunnah-Ku dan
sunnah Khulafaa'rasiddin yang mendapat petunjuk setelah Aku".
[Dikeluarkan oleh Abu Dawud 5/4607 dan Tirmidzi 5/2676 dan Dia berkata hadits
ini hasan shahih; juga oleh Imam Ahmad 4/126-127 dan Ibnu Majah 1/43]
.
Dan sabdanya pula.
"Artinya: Telah berpecah kaum Yahudi menjadi tujuh puluh satu golongan;
dan telah berpecah kaum Nashara menjadi tujuh puluh dua golongan; sedang umatku
akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka
kecuali satu. Maka kami-pun bertanya, siapakah yang satu itu ya Rasulullah ..?;
beliau menjawab : yaitu barang-siapa yang berada pada apa-apa yang aku dan para
sahabatku jalani hari ini". [Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi 5/2641 dan
Al-Hakim di dalam Mustadraknya I/128-129, dan Imam Al-Ajury di dalam
Asy-Syari'ah hal.16 dan Imam Ibnu Nashr Al-Mawarzy di dalam As-Sunnah hal 22-23
cetakan Yayasan Kutubus Tsaqofiyyah 1408, dan Imam Al-Lalikaai dalam Syar Ushul
I'tiqaad Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah I nomor 145-147].
Sesungguhnya telah nyata
apa-apa yang telah diberitakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka
berpecahlah umat ini pada akhir generasi sahabat walaupun perpecahan tersebut
tidak berdampak besar pada kondisi umat semasa generasi yang dipuji oleh
Rasulullah dalam sabdanya.
"Artinya :
Sebaik-baik kalian adalah generasiku, kemudian generasi yang datang sesudahnya,
kemudian yang datang sesudahnya". [Dikeluarkan oleh Bukhari
3/3650, 3651 dan Muslim 6/juz 16 hal 86-87 Syarah An-Nawawy].
Perawi hadits ini
berkata: "saya tidak tahu apakah Rasulullah menyebut setelah generasinya
dua atau tiga kali".
Yang demikian tersebut
bisa terjadi karena masih banyaknya ulama dari kalangan muhadditsin, mufassirin
dan fuqaha. Mereka termasuk sebagai ulama tabi'in dan pengikut para tabi'in
serta para imam yang empat dan murid-murid mereka. Juga disebabkan masih
kuatnya daulah-dualah Islamiyah pada abad-abad tersebut, sehingga firqah-firqah
menyimpang yang mulai ada pada waktu itu mengalami pukulan yang melumpuhkan
baik dari segi hujjah maupun kekuatannya.
Setelah berlalunya abad-abad yang dipuji ini bercampurlah kaum muslimin dengan
pemeluk beberapa agama-agama yang bertentangan. Diterjemahkannya kitab ilmu
ajaran-ajaran kuffar dan para raja Islam-pun mengambil beberapa kaki tangan
pemeluk ajaran kafir untuk dijadikan menteri dan penasihat kerajaan, maka
semakin dahsyatlah perselisihan di kalangan umat dan bercampurlah berbagai
ragam golongan dan ajaran. Begitupun madzhab-madzhab yang batilpun ikut
bergabung dalam rangka merusak persatuan umat. Hal itu terus berlangsung hingga
zaman kita sekarang dan sampai masa yang dikehendaki Allah. Walaupun demikian
kita tetap bersyukur kepada Allah karena Al-Firqatun Najiyah Ahlus Sunnah Wal
Jama'ah masih tetap berada dalam keadaan berpegang teguh dengan ajaran Islam
yang benar berjalan diatasnya, dan menyeru kepadanya; bahkan akan tetap berada
dalam keadaan demikian sebagaimana diberitakan dalam hadits Rasulullah tentang
keabadiannya, keberlangsungannya dan ketegarannya. Yang demikian itu adalah
karunia dari Allah demi langgenggnya Din ini dan tegaknya hujjah atas para
penentangnya.
Sesungguhnya kelompok
kecil yang diberkahi ini berada di atas apa-apa yang pernah ada semasa sahabat
Radhiyallahu 'anhum bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam baik dalam
perkataan perbuatan maupun keyakinannya seperti yang disabdakan oleh beliau.
"Artinya : Mereka yaitu barangsiapa yang berada pada apa-apa yang aku dan
para sahabatku jalani hari ini" Sesungguhnya mereka itu adalah sisa-sisa
yang baik dari orang-orang yang tentang mereka.
Allah telah berfirman.
فَلَوۡلَا كَانَ مِنَ
ٱلۡقُرُونِ مِن قَبۡلِكُمۡ أُوْلُواْ بَقِيَّةٖ يَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡفَسَادِ فِي
ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا قَلِيلٗا مِّمَّنۡ أَنجَيۡنَا مِنۡهُمۡۗ وَٱتَّبَعَ ٱلَّذِينَ
ظَلَمُواْ مَآ أُتۡرِفُواْ فِيهِ وَكَانُواْ مُجۡرِمِينَ ١١٦
"Artinya:
Maka mengapakah tidak ada dari umat-umat sebelum kamu orang-orang yang
mempunyai keutamaan (shalih) yang melarang dari berbuat kerusakan di muka bumi
kecuali sebagian kecil diantara orang-orang yang telah kami selamatkan diantara
mereka, dan orang-orang yang dzolim hanya mementingkan kemewahan yang ada pada
mereka; dan mereka adalah orang-orang yang berdosa". [Huud: 116].
Nama-Nama Al-Firqotun Naajiyah dan Artinya
Setelah kita
mengetahui bahwa kelompok ini adalah golongan yang selamat dari kesesatan, maka
tibalah giliran bagi kita untuk mengetahui pula nama-nama beserta ciri-cirinya
agar kita dapat mengikutinya. Sebenarnyalah kelompok ini memiliki nama-nama
agung yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain. Dan diantara nama-namanya
adalah: Al-Firqotun Najiyah (golongan yang selamat); Ath-Thooifatul Manshuroh
(golongan yang ditolong); dan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, yang artinya adalah
sebagai berikut.
1. Bahwasanya kelompok ini
adalah kelompok yang selamat dari api neraka sebagaimana telah dikecualikan
oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika menyebutkan
kelompok-kelompok yang ada pada umatnya dengan sabdanya: "Seluruhnya di
atas neraka kecuali satu; yakni yang tidak masuk kedalam neraka". (Telah
terdahulu keterangannya)
2. Bahwasanya kelompok ini
adalah kelompok yang tetap berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah dan
apa-apa yang dipegang oleh As-Saabiqunal Awwalun (para pendahulu yang pertama)
baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar, sebagaimana di sabdakan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Mereka itu adalah siapa-siapa yang
berjalan diatas apa-apa yang aku dan sahabatku lakukan hari ini.
3. Bahwasanya pemeluk
kelompok ini adalah mereka yang menganut paham Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Mereka
itu bisa dibedakan dari kelompok lainnya pada dua hal penting; pertama.
berpegang teguhnya mereka terhadap As-Sunnah sehingga mereka di sebut sebagai
pemeluk sunnah (Ahlus Sunnah). Berbeda dengan
kelompok-kelompok lain karena mereka berpegang teguh dengan
pendapat-pendapatnya, hawa nafsunya dan perkataan para pemimpinnya. Oleh karena
itu, kelompok-kelompok tersebut tidak dinisbatkan kepada Sunnah, akan tetapi
dinisbatkan kepada bid'ah-bid'ah dan kesesatan-kesesatan yang ada pada kelompok
itu sendiri, seperti Al-Qadariyah dan Al-Murji'ah;
atau dinisbatkan kepada para imam-nya seperti Al-Jahmiyah; atau
dinisbatkan pada pekerjaan-pekerjaannya yang kotor seperti Ar-Rafidhah dan Al-Khawarij.
4. Adapun perbedaan yang
kedua adalah bahwasanya mereka itu Ahlul Jama'ah karena
kesepakatan mereka untuk berpegang teguh dengan Al-Haq dan
jauhnya mereka dari perpecahan. Berbeda dengan kelompok-kelompok lain, mereka
tidak bersepakat untuk berpegang teguh dengan Al-Haq akan
tetapi mereka itu hanya mengikuti hawa nafsu mereka, maka tidak ada kebenaran pada
mereka yang mampu menyatukan mereka.
Bahwasanya kelompok ini
adalah golongan yang ditolong Allah sampai hari kiamat. Karena gigihnya mereka
dalam menolong dinullah maka Allah menolong mereka, seperti difirmankan Allah:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ ٧
7. Hai orang-orang
mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu. [Muhammad: 7].
Oleh karena itu pula Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Tidaklah yang menghina
dan menentang mereka itu akan mampu memadlorotkan (membahayakan) mereka sampai
datang keputusan Allah Tabaraka wa Ta'ala sedang mereka itu tetap dalam keadaan
demikian".
Sesungguhnynya Ahlus
Sunnah wal Jama'ah berjalan di atas prinsip-prinsip yang jelas dan
kokoh baik dalam itiqad, amal maupun perilakunya. Seluruh prinsip-prinsip yang
agung ini bersumber pada kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya dan apa-apa yang dipegang
oleh para pendahulu umat dari kalangan sahabat, tabi'in dan para pengikut
mereka yang setia.
Prinsip-prinsip Al-Firqotun Naajiyah tersebut teringkas dalam butir-butir berikut.
Prinsip Pertama.
Beriman kepada Allah,
para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Taqdir baik
dan buruk.
1. Iman Kepada Allah
Beriman kepada Allah
artinya berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta beriti'qad dan
beramal dengannya yaitu tauhid rububiyyah, tauhid
uluuhiyyah dan tauhid al-asmaa wa -ash-shifaat.
Tauhid Rububiyyah adalah menatauhidkan
segala apa yang dikerjakan Allah baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan
mematikan ; dan bahwasanya Dia itu adalah Raja dan Penguasa segala sesuatu.
Tauhid Uluuhiyyah artinya mengesakan Allah
melalui segala pekerjaan hamba yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri
kepada Allah apabila memang hal itu disyari'atkan oleh-Nya seperti berdo'a,
takut, rojaa' (harap), cinta, dzabh (penyembelihan), nadzr (janji), isti'aanah
(minta pertolongan), al-istighotsah (minta bantuan), al-isti'adzah (meminta
perlindungan), shalat, shaum, haji, berinfaq di jalan Allah dan segala apa saja
yang disyari'atkan dan diperintahkan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun baik seorang malaikat, nabi, wali maupun yang lainnya.
Tauhid Al-Asma
Wash-Shifaat adalah menetapkan apa-apa yang Allah dan Rasuln-Nya telah tetapkan
atas diri-Nya baik itu berkenaan dengan nama-nama maupun sifat-sifat Allah dan
mensucikan-Nya dari segala 'aib dan kekurangan sebagaimana hal tersebut telah
disucikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Semua ini kita yakini tanpa melakukan
tamtstil (perumpamaan), tanpa tasybiih (penyerupaan), tahrif (penyelewengan),
ta'thil (penafian), dan tanpa takwil; seperti difirmankan Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
فَاطِرُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَٰمِ أَزۡوَٰجٗا يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١١
11. (Dia)
Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. [Asy-Syuro: 11]
Dan firman Allah
وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ
ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ وَذَرُواْ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِيٓ
أَسۡمَٰٓئِهِۦۚ سَيُجۡزَوۡنَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٨٠
180. Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjaka. [Al-A'raf: 180].
2. Beriman Kepada Para Malaikat-Nya
Yakni membenarkan adanya
para malaikat dan bahwasanya mereka itu adalah mahluk dari sekian banyak mahluk
Allah, diciptakan dari cahaya. Allah mencitakan malaikat dalam rangka untuk beribadah
kepada-Nya dan menjalankan perintah-perintah-Nya di dunia ini, sebagaimana
difirmankan Allah.
وَقَالُواْ ٱتَّخَذَ
ٱلرَّحۡمَٰنُ وَلَدٗاۗ سُبۡحَٰنَهُۥۚ بَلۡ عِبَادٞ مُّكۡرَمُونَ ٢٦ لَا
يَسۡبِقُونَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ وَهُم بِأَمۡرِهِۦ يَعۡمَلُونَ ٢٧
26. Dan
mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai)
anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah
hamba-hamba yang dimuliakan
27. mereka itu
tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.
[Al-Anbiyaa : 26-27]
Dan firman Allah pula
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ فَاطِرِ
ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ جَاعِلِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا أُوْلِيٓ أَجۡنِحَةٖ
مَّثۡنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَۚ يَزِيدُ فِي ٱلۡخَلۡقِ مَا يَشَآءُۚ إِنَّ
ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ١
Segala puji bagi Allah
Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk
mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang)
dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Faathir
: 1]
3. Iman Kepada Kitab-kitab-Nya
Yakni
membenarkan adanya Kitab-kitab Allah beserta segala kandungannya baik yang
berupa hidayah (petunjuk) dan cahaya serta mengimani bahwasanya yang menurunkan
kitab-kitab itu adalah Allah sebagai petunjuk bagi seluruh manusia. Dan
bahwasanya yang paling agung diantara sekian banyak kitab-kitab itu adalah tiga
kitab yaitu Taurat, Injil dan Al-Qur'an dan di antara ketiga kitab agung
tersebut ada yang teragung yakni Al-Qur'an yang merupakan mu'jizat yang agung.
Allah berfirman.
قُل لَّئِنِ ٱجۡتَمَعَتِ
ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأۡتُواْ بِمِثۡلِ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لَا
يَأۡتُونَ بِمِثۡلِهِۦ وَلَوۡ كَانَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٖ ظَهِيرٗا ٨٨
"Artinya:
Katakanlah (Hai Muhammad): 'sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa Al-Qur'an niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya walaupun
sesama mereka saling bahu membahu". [Al-isra: 88]
Dan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah mengimani bahwa Al-Qur'an itu
adalah kalam (firman) Allah; dan dia bukanlah mahluq baik huruf maupun artinya.
Berebda dengan pendapat golongan Jahmiyah dan Mu'tazilah,
mereka mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah mahluk baik huruf maupun maknanya.
Berbeda pula dengan pendapat Asyaa'irah dan yang menyerupai
mereka, yang mengatakan bahwa kalam (firman) Allah hanyalah artinya saja,
sedangkan huruf-hurufnya adalah mahluk. Menurut Ahlus Sunnah wal
Jama'ah, kedua pendapat tersebut adalah bathil berdasarkan firman Allah.
وَإِنۡ أَحَدٞ مِّنَ
ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٱسۡتَجَارَكَ فَأَجِرۡهُ حَتَّىٰ يَسۡمَعَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ ثُمَّ
أَبۡلِغۡهُ مَأۡمَنَهُۥۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَوۡمٞ لَّا يَعۡلَمُونَ ٦
"Artinya:
Dan jika ada seorang dari kaum musyrikin meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah ia supaya ia sempat mendengar Kalam Allah (Al-Qur'an)".
[At-Taubah: 6]
سَيَقُولُ ٱلۡمُخَلَّفُونَ
إِذَا ٱنطَلَقۡتُمۡ إِلَىٰ مَغَانِمَ لِتَأۡخُذُوهَا ذَرُونَا نَتَّبِعۡكُمۡۖ
يُرِيدُونَ أَن يُبَدِّلُواْ كَلَٰمَ ٱللَّهِۚ قُل لَّن تَتَّبِعُونَا
كَذَٰلِكُمۡ قَالَ ٱللَّهُ مِن قَبۡلُۖ فَسَيَقُولُونَ بَلۡ تَحۡسُدُونَنَاۚ بَلۡ
كَانُواْ لَا يَفۡقَهُونَ إِلَّا قَلِيلٗا ١٥
15.
Orang-orang Badwi yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat untuk
mengambil barang rampasan: "Biarkanlah kami, niscaya kami mengikuti
kamu"; mereka hendak merubah janji Allah. Katakanlah: "Kamu sekali-kali tidak
(boleh) mengikuti kami; demikian Allah telah menetapkan sebelumnya";
mereka akan mengatakan: "Sebenarnya kamu dengki kepada kami". Bahkan
mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali
"Artinya: Mereka itu ingin merubah Kalam Allah". [Al-Fath: 15]
4. Iman Kepada Para Rasul
Yakni membenarkan semua
rasul-rasul baik yang Allah sebutkan nama mereka maupun yang tidak; dari yang
pertama sampai yang terkahir, dan penutup para nabi tersebut adalah nabi kita
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Artinya pula, beriman kepada para rasul
seluruhnya dan beriman kepada Nabi kita secara terperinci serta mengimani
bahwasanya beliau adalah penutup para nabi dan rasul dan tidak ada nabi
sesudahnya; maka barangsiapa yang keimanannya kepada para rasul tidak demikian
berarti dia telah kafir. Termasuk pula beriman kepada para rasul adalah tidak
melalaikan dan tidak berlebih-lebihan terhadap hak mereka dan harus berbeda
dengan kaum Yahudi dan Nashara yang berlebih-lebihan terhadap para rasul mereka
sehingga mereka menjadikan dan memperlakukan para rasul itu seperti
memperlakukan terhadap Tuhanya (Allah) sebagaimana yang difirmankan Allah.
وَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ
عُزَيۡرٌ ٱبۡنُ ٱللَّهِ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَى ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ ٱللَّهِۖ ذَٰلِكَ
قَوۡلُهُم بِأَفۡوَٰهِهِمۡۖ يُضَٰهُِٔونَ قَوۡلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبۡلُۚ
قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُۖ أَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ ٣٠
30. Orang-orang
Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani
berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang
terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling.
[At-Taubah: 30]
Sedang orang-orang sufi
dan para ahli filsafat telah bertindak sebaliknya. Mereka telah meerendahkan
dan menghinakan hak para rasul dan lebih mengutamakan para pemimpin mereka,
sedang kaum penyembah berhala dan atheis telah kafir kepada seluruh rasul
tersebut. Orang-orang Yahudi telah -kafir terhadap Nabi Isa dan Muhammad 'alaihima
shalatu wa sallam; sedangkan orang-orang Nashara telah kafir kepada Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan orang-orang yang mengimani sebagian- mengingkari
sebagian (dari para rasul Allah), maka dia telah mengingkari dengan seluruh
rasul, Allah telah berfirman.
إِنَّ ٱلَّذِينَ
يَكۡفُرُونَ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُواْ بَيۡنَ ٱللَّهِ
وَرُسُلِهِۦ وَيَقُولُونَ نُؤۡمِنُ بِبَعۡضٖ وَنَكۡفُرُ بِبَعۡضٖ وَيُرِيدُونَ أَن
يَتَّخِذُواْ بَيۡنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا ١٥٠ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ
حَقّٗاۚ وَأَعۡتَدۡنَا لِلۡكَٰفِرِينَ عَذَابٗا مُّهِينٗا ١٥١
150.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan
bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya,
dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir
terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu)
mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir)
151. merekalah
orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. [An-Nisaa:
150-151].
Dan Allah juga berfirman.
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ
أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ
وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن
رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ
ٱلۡمَصِيرُ ٢٨٥
285. Rasul
telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami
taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali". [Al-Baqarah : 285]
5. Iman Kepada Hari Akhirat
Yakni membenarkan apa-apa
yang akan terjadi setelah kematian dari hal-hal yang telah diberitakan Allah
dan Rasul-Nya baik tentang adzab dan ni'mat kubur, hari kebangkitan dari kubur,
hari berkumpulnya manusia di padang mahsyar, hari perhitungan dan ditimbangnya
segala amal perbuatn dan pemberian buku laporan amal dengan tangan kanan atau
kiri, tentang jembatan (sirat), serta syurga dan neraka. Disamping itu keimanan
untuk bersiap sedia dengan amalan-amalan sholeh dan meninggalkan amalan sayyi-aat (jahat)
serta bertaubat dari padanya.
Dan sungguh telah mengingkari adanya hari akhir orang-orang musyrik dan kaum
dahriyyun, sedang orang-orang Yahudi dan Nashara tidak mengimani hal ini dengan
keimanan yan benar sesuai dengan tuntutan, walau mereka beriman akan adanya
hari akhir. Firman Allah.
وَقَالُواْ لَن يَدۡخُلَ
ٱلۡجَنَّةَ إِلَّا مَن كَانَ هُودًا أَوۡ نَصَٰرَىٰۗ تِلۡكَ أَمَانِيُّهُمۡۗ قُلۡ
هَاتُواْ بُرۡهَٰنَكُمۡ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ١١١
111. Dan
mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga
kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu
(hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah
bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar". [Al-Baqarah:
111].
وَقَالُواْ لَن تَمَسَّنَا
ٱلنَّارُ إِلَّآ أَيَّامٗا مَّعۡدُودَةٗۚ قُلۡ أَتَّخَذۡتُمۡ عِندَ ٱللَّهِ
عَهۡدٗا فَلَن يُخۡلِفَ ٱللَّهُ عَهۡدَهُۥٓۖ أَمۡ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ مَا
لَا تَعۡلَمُونَ ٨٠
80. Dan mereka berkata: "Kami
sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari
saja". Katakanlah: "Sudahkah kamu
menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya,
ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? [Al-Baqarah: 80].
6. Iman Kepada Taqdir.
Yakni beriman bahwasanya
Allah itu mengetahui apa-apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi;
menentukan dan menulisnya dalam lauhul mahfudz ; dan bahwasanya segala sesuatu
yang terjadi, baik maupun buruk, kafir, iman, ta'at, ma'shiyat, itu telah
dikehendaki, ditentukan dan diciptakan-Nya ; dan bahwasanya Allah itu mencintai
keta'atan dan membenci kemashiyatan.
Sedang hamba Allah itu
mempunyai kekuasaan, kehendak dan kemampuan memilih terhadap pekerjaan-pekerjaan
yang mengantar mereka pada keta'atan atau ma'shiyat, akan tetapi semua itu
mengikuti kemauan dan kehendak Allah. Berbeda dengan pendapat golongan
Jabariyah yang mengatakan bahwa manusia terpaksa dengan pekerjaan-pekerjaannya
tidak memiliki pilihan dan kemampuan sebaliknya golongan Qodariyah mengatakan
bahwasanya hamba itu memiliki kemauan yang berdiri sendiri dan bahwasanya
dialah yang menciptkan pekerjaan dirinya, kemauan dan kehendak hamba itu
terlepas dari kemauan dan kehendak Allah.
Allah benar-benar telah membantah kedua pendapat di atas dengan firman-Nya.
وَمَا تَشَآءُونَ
إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٩
29. Dan kamu
tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah,
Tuhan semesta alam. [At-Takwir: 29]
Dengan ayat ini Allah
menetapkan adanya kehendak bagi setiap hamba sebagai banyahan terhadap
Jabariyah yang ekstrim, bahkan menjadikannya sesuai dengan kehendak Allah, hal
ini merupakan bantahan atas golongan Qodariyah. Dan beriman kepada
taqdir dapat menimbulkan sikap sabar sewaktu seorang hamba menghadapi cobaan
dan menjauhkannya dari segala perbuatan dosa dan hal-hal yang tidak terpuji.
bahkan dapat mendorong orang tersebut untuk giat bekerja dan menjauhkan dirinya
dari sikap lemah, takut dan malas.
Prinsip Kedua
Dan diantara
prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah : bahwasanya iman itu
perkataan, perbuatan dan keyakinan yang bisa bertambah dengan keta'atan dan
berkurang dengan kema'shiyatan, maka iman itu bukan hanya perkataan dan
perbuatan tanpa keyakinan sebab yang demikian itu merupakan keimanan kaum
munafiq, dan bukan pula iman itu hanya sekedar ma'rifah (mengetahui) dan
meyakini tanpa ikrar dan amal sebab yang demikian itu merupakan keimanan
orang-orang kafir yang menolak kebenaran. Allah berfirman.
وَجَحَدُواْ بِهَا
وَٱسۡتَيۡقَنَتۡهَآ أَنفُسُهُمۡ ظُلۡمٗا وَعُلُوّٗاۚ فَٱنظُرۡ كَيۡفَ كَانَ
عَٰقِبَةُ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ١٤
"Artinya
: Dan mereka mengingkarinya karena kedzoliman dan kesombongan (mereka), padahal
hati-hati mereka meyakini kebenarannya, maka lihatlah kesudahan orang-orang
yang berbuat kerusakan itu". [An-Naml : 14]
قَدۡ نَعۡلَمُ إِنَّهُۥ
لَيَحۡزُنُكَ ٱلَّذِي يَقُولُونَۖ فَإِنَّهُمۡ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَٰكِنَّ
ٱلظَّٰلِمِينَ بَِٔايَٰتِ ٱللَّهِ يَجۡحَدُونَ ٣٣
33. Sesungguhnya
Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu,
(janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan
kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. [Al-An'aam
: 33]
وَعَادٗا وَثَمُودَاْ
وَقَد تَّبَيَّنَ لَكُم مِّن مَّسَٰكِنِهِمۡۖ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ
أَعۡمَٰلَهُمۡ فَصَدَّهُمۡ عَنِ ٱلسَّبِيلِ وَكَانُواْ مُسۡتَبۡصِرِينَ ٣٨
"Artinya:
Dan kaum 'Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata
bagi kamu kehancuran tempat-tempat tinggal mereka. Dan syetan menjadikan mereka
memandang baik perbuatan mereka sehingga menghalangi mereka dari jalan Allah
padahal mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam" [Al-Ankabut:
38]
Bukan pula iman itu hanya
suatu keyakinan dalam hati atau perkataan dan keyakinan tanpa amal perbuatan
karena yang demikian adalah keimanan golongan Murji'ah; Allah
seringkali menyebut amal perbuatan termasuk iman sebagaimana tersebut dalam
firman-Nya.
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ
ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٢ ٱلَّذِينَ
يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ
ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقّٗاۚ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ
كَرِيمٞ ٤
2. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal
3. (yaitu) orang-orang
yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka
4. Itulah orang-orang
yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang
mulia. [Al-Anfaal: 2-4]
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ
أُمَّةٗ وَسَطٗا لِّتَكُونُواْ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ
عَلَيۡكُمۡ شَهِيدٗاۗ وَمَا جَعَلۡنَا ٱلۡقِبۡلَةَ ٱلَّتِي كُنتَ عَلَيۡهَآ
إِلَّا لِنَعۡلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِۚ
وَإِن كَانَتۡ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُۗ وَمَا كَانَ
ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَٰنَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٞ رَّحِيمٞ ١٤٣
143. Dan
demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan
kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya
nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah
diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. [Al-Baqarah: 143]
Prinsip Ketiga
Dan diantara
prinsip-prinsip aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah
bahwasanya mereka tidak mengkafirkan seorangpun dari kaum muslimin kecuali
apabila dia melakukan perbuatan yang membatalkan keislamannya. Adapun perbuatan
dosa besar selain syirik dan tidak ada dalil yang menghukumi pelakunya sebagai
kafir. Misalnya meninggalkan shalat karena malas, maka pelaku (dosa besar
tersebut) tidak dihukumi kafir akan tetapi dihukumi fasiq dan imannya tidak
sempurna. Apabila dia mati sedang dia belum bertaubat maka dia berada dalam
kehendak Allah. Jika Dia berkehendak Dia akan mengampuninya, namun si pelaku
tidak kekal di neraka, telah berfirman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا
يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن
يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا ٤٨
48. Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [An-Nisaa
: 48]
Dan madzhab Ahlus
Sunnah wal Jama'ah dalam masalah ini berada di tengah-tengah
antara Khawarij yang mengkafirkan orang-orang yang melakukan
dosa besar walau bukan termasuk syirik dan Murji'ah yang
mengatakan si pelaku dosa besar sebagai mu'min sempurna imannya, dan mereka
mengatakan pula tidak berarti suatu dosa/ma'shiyat dengan adanya iman
sebagaimana tak berartinya suatu perbuatan ta'at dengan adanya kekafiran.
Prinsip Keempat
Dan diantara
prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah wajibnya ta'at
kepada pemimpin kaum muslimin selama mereka tidak memerintahkan untuk berbuat
kema'skshiyatan, apabila mereka memerintahkan perbuatan ma'shiyat, dikala
itulah kita dilarang untuk menta'atinya namun tetap wajib ta'at dalam kebenaran
lainnya, sebagaimana firman Allah Ta'ala.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ
مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ
إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ
وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا ٥٩
59. Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisaa : 59]
Dan sabda Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam
"Artinya : Dan aku berwasiat kepada kalian agar kalian bertaqwa kepada
Allah dan mendengar dan ta'at walaupun yang memimpin kalian seorang hamba".
Dan Ahlus Sunnah
wal Jama'ah memandang bahwa ma'shiyat kepada seorang amir yang muslim
itu merupakan ma'shiyat kepada Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana
sabdanya.
"Artinya : Barangsiapa yang ta'at kepada amir (yang muslim) maka dia ta'at
kepadaku dan barangsiapa yang ma'shiyat kepada amir maka dia ma'shiyat
kepadaku". [Dikelaurkan oleh Bukhari 4/7137, Muslim 4 Juz 12 hal. 223
atas Syarah Nawawi].
Demikian pula, Ahlus
Sunnah wal Jama'ah-pun memandang bolehnya shalat dan berjihad di belakang para
amir dan menasehati serta medo'akan mereka untuk kebaikan dan keistiqomahan.
Prinsip Kelima
Dan diantara
prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah haramnya keluar untuk
memberontak terhadap pemimpin kaum muslimin apabila mereka melakukan hal-hal
yang menyimpang, selama hal tersebut tidak termasuk amalan kufur. Hal ini
sesuai dengan perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang
wajibnya ta'at kepada mereka dalam hal-hal yang bukan ma'shiyat dan selama
belum tampak pada mereka kekafiran yang jelas. Berlainan dengan Mu'tazilah yang
mewajibkan keluar dari kepemimpinan para imam/pemimpin yang melakukan dosa
besar walaupun belum termasuk amalan kufur dan mereka memandang hal tersebut
sebagai amar ma'ruf nahi munkar. Sedang pada kenyataannya, keyakinan Mu'tazilah
seperti ini merupakan kemunkaran yang besar karena menuntut adanya
bahaya-bahaya yang besar baik berupa kericuhan, keributan, perpecahan dan
kerawanan dari pihak musuh.
Prinsip Keenam
Dan diantara
prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah bersihnya hati
dan mulut mereka terhadap para sahabat Rasul Radhiyallahu 'anhum sebagaimana
hal ini telah digambarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ketika mengkisahkan Muhajirin dan Anshar dan pujian -pujian terhadap mereka.
وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ
بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ
سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ
ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٞ رَّحِيمٌ ١٠
"Artinya: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka mengatakan: Ya Allah,
ampunilah kami dan saudara-suadara kami yang telah mendahului kami dalam iman
dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kebencian kepada orang-orang yang
beriman: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".
[Al-Hasyr: 10].
Dan sesuai dengan sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya: Janganlah
kamu sekali-kali mencela sahabat-sahabatku, maka demi dzat yang jiwaku
ditangan-Nya, kalau seandainya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas
sebesar gunung uhud, niscaya tidak akan mencapai segenggam kebaikan salah
seorang diantara mereka tidak juga setengahnya". [Dikeluarkan oleh
Bukhary 3/3673, dan Muslim 6/ Juz 16 hal 92-93 atas Syarah Nawawy]
Berlainan dengan sikap
orang-orang ahlul bid'ah baik dari kalangan Rafidhoh maupun Khawarij yang
mencela dan meremehkan keutamaan para sahabat.
Ahlus Sunnah memandang
bahwa para khalifah setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah Abu
Bakar, kemudian Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
Radhiyallahu anhum ajma'in. Barangsiapa yang mencela salah satu khalifah
diantara mereka, maka dia lebih sesat daripada keledai karena bertentangan
dengan nash dan ijma atas kekhalifahan mereka dalam silsilah seperti ini.
Prinsip Ketujuh
Dan diantara
prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah mencintai ahlul bait sesuai
dengan wasiat Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sabdanya.
"Artinya:
Sesunnguhnya aku mengingatkan kalian dengan ahli baitku". [Dikeluarkan
Muslim 5 Juz 15, hal 180 Nawawy, Ahmad 4/366-367 dan Ibnu Abi 'Ashim dalam
kitab As-Sunnah No. 629]
Sedang yang termasuk
keluarga beliau adalah istri-istrinya sebagai ibu kaum mu'minin Radhiyallahu
'anhunna wa ardhaahunna. Dan sungguh Allah telah berfirman tentang mereka
setelah menegur mereka.
يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِيِّ
لَسۡتُنَّ كَأَحَدٖ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ إِنِ ٱتَّقَيۡتُنَّۚ فَلَا تَخۡضَعۡنَ
بِٱلۡقَوۡلِ فَيَطۡمَعَ ٱلَّذِي فِي قَلۡبِهِۦ مَرَضٞ وَقُلۡنَ قَوۡلٗا
مَّعۡرُوفٗا ٣٢
32. Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah
seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam
berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah perkataan yang baik. [Al-Ahzab: 32]
Kemudian mengarahkan
nasehat-nasehat kepada mereka dan menjanjikan mereka dengan pahala yang besar,
Allah berfirman.
وَقَرۡنَ فِي بُيُوتِكُنَّ
وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰۖ وَأَقِمۡنَ ٱلصَّلَوٰةَ
وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعۡنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ إِنَّمَا يُرِيدُ
ٱللَّهُ لِيُذۡهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجۡسَ أَهۡلَ ٱلۡبَيۡتِ وَيُطَهِّرَكُمۡ
تَطۡهِيرٗا ٣٣
33. dan
hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya. [Al-Ahzab: 33]
Pada pokoknya ahlul bait
itu adalah saudara-saudara dekat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan yang
dimaksud disini khususnya adalah yang sholeh diantara mereka. Sedang
sudara-saudara dekat yang tidak sholeh seperti pamannya, Abu Lahab maka tidak
memiliki hak. Allah berfirman.
تَبَّتۡ يَدَآ أَبِي
لَهَبٖ وَتَبَّ ١
"Artinya:
Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya celaka dia". [Al-Lahab:
1]
Maka sekedar hubungan
darah yang dekat dan bernisbat kepada Rasul tanpa keshalehan dalam ber-din
(Islam), tidak ada manfaat dari Allah sedikitpun baginya, Rasul Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya: Hai
kaum Quraisy, belilah diri-diri kamu, sebab aku tidak dapat memberi kamu
manfaat di hadapan Allah sedikitpun; ya Abbas paman Rasulullah, aku tidak dapat
memberikan manfa'at apapun di hadapan Allah. Ya Shofiyyah bibi Rasulullah, aku
tidak dapat memberi manfaat apapun di hadapan Allah, ya Fatimah anak Muhammad,
mintalah dari hartaku semaumu aku tidak dapat memberikan manfaat apapun di
hadapan Allah". [Dikeluarkan oleh Bukhary 3/4771, 2/2753,
Muslim 1 Juz 3 hal 80-81 Nawawy]
Dan saudara-saudara
Rasulullah yang sholeh tersebut mempunyai hak atas kita berupa penghormatan,
cinta dan penghargaan, namun kita tidak boleh berlebih-lebihan terhadap mereka
dengan mendekatkan diri dengan suatu ibadah kepada mereka. Adapaun keyakinan
bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memberi manfaat atau madlarat selain dari
Allah adalah bathil, sebab Allah telah berfirman.
قُلۡ إِنِّي لَآ أَمۡلِكُ
لَكُمۡ ضَرّٗا وَلَا رَشَدٗا ٢١
"Artinya
: Katakanlah (hai Muhammad) : Bahwasanya aku tidak kuasa mendatangkan
kemadlaratan dan manfaat bagi kalian". [Al-Jin : 21].
قُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِي
نَفۡعٗا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ وَلَوۡ كُنتُ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ
لَٱسۡتَكۡثَرۡتُ مِنَ ٱلۡخَيۡرِ وَمَا مَسَّنِيَ ٱلسُّوٓءُۚ إِنۡ أَنَا۠ إِلَّا
نَذِيرٞ وَبَشِيرٞ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ ١٨٨
"Artinya
: Katakanlah (hai Muhammad) : Aku tidak memiliki manfaat atau madlarat atas
diriku kecuali apa-apa yang tidak dikehendaki oleh Allah , kalaulah aku
mengetahui yang ghaib sunguh aku aka perbanyak berbuat baik dan aku tidak akan
ditimpa kemadlaratan". [Al-A'raf : 188]
Apabila Rasulullah saja demikian, maka bagaimana pula yang lainnya. Jadi, apa
yang diyakini sebagian manusia terhadap kerabat Rasul adalah suatu keyakinan
yang bathil.
Prinsip Kedelapan
Dan diantara prinsip
Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah membenarkan adanya karomah para wali yaitu
apa-apa yang Allah perlihatkan melalui tangan-tangan sebagian mereka, berupa
hal-hal yang luar biasa sebagai penghormatan kepada mereka sebagaimana hal
tersebut telah ditunjukkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah
Sedang golongan yang
mengingkari adanya karomah-karomah tersebut daintaranya Mu'tazilah dan
Jahmiyah, yang pada hakikatnya mereka mengingkari sesuatu yang diketahuinya.
Akan tetapi kita harus mengetahui bahwa ada sebagian manusia pada zaman kita
sekarang yang tersesat dalam masalah karomah, bahkan berlebih-lebihan, sehingga
memasukkan apa-apa yang sebenarnya bukan termasuk karomah baik berupa
jampi-jampi, pekerjaan para ahli sihir, syetan-syetan dan para pendusta.
Perbedaan karomah dan kejadian luar biasa lainnya itu jelas, Karomah adalah
kejadian luar biasa yang diperlihatkan Allah kepada para hamba-Nya yang sholeh,
sedang sihir adalah keluar biasaan yang biasa diperlihatkan para tukang sihir
dari orang-orang kafir dan atheis dengan maksud untuk menyesatkan manusia dan
mengeruk harta-harta mereka. Karomah bersumber pada keta'atan, sedang sihir
bersumber pada kekafiran dan ma'shiyat.
Prinsip Kesembilan
Dan diantara
prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah bahwa dalam berdalil selalu
mengikuti apa-apa yang datang dari Kitab Allah dan atau Sunnah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam baik secara lahir maupun bathin dan mengikuti
apa-apa yang dijalankan oleh para sahabat dari kaum Muhajirin maupun Anshar
pada umumnya dan khususnya mengikuti Al-Khulafaur-rasyidin sebagaimana wasiat
Rasulullah dalam sabdanya
"Artinya : Berepegang teguhlah kamu kepada sunnahku dan sunnah
khulafaur-rasyid-iin yang mendapat petunjuk"
Dan Ahlus Sunnah wal
Jama'ah tidak mendahulukan perkataan siapapun terhadap firman Allah dan sabda
Rasulullah. Oleh karena itu mereka dinamakan Ahlul Kitab Was Sunnah. Setelah
mengambil dasar Al-Qur'an dan As-Sunnah, mereka mengambil apa-apa yang telah
disepakati ulama umat ini. Inilah yang disebut dasar yang pertama; yakni
Al-Qur'an dan As-Sunnah. Segala hal yang diperselisihkan manusia selalu
dikembalikan kepada Al-Kitab dan As-Sunnah. Allah telah berfirman.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ
مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ
إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ
وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا ٥٩
"Artinya:
Maka jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
dan Rasul-Nya jika kamu benar-benar beriman pada Allah dan hari akhir, yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya". [An-Nisaa:
59]
Ahlus Sunnah tidak meyakini adanya kema'shuman seseorang selain
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mereka tidak berta'ashub pada
suatu pendapat sampai pendapat tersebut bersesuaian dengan Al-Kitab dan
As-Sunnah. Mereka meyakini bahwa mujtahid itu bisa salah dan
benar dalam ijtihadnya. Mereka tidak boleh berijtihad sembarangan kecuali siapa
yang telah memenuhi persyaratan tertentu menurut ahlul 'ilmi.
Perbedaan-perbedaan
diantara mereka dalam masalah ijtihad tidak boleh mengharuskan adanya
permusuhan dan saling memutuskan hubungan diantara mereka, sebagaimana
dilakukan orang-orang yang ta'ashub dan ahlul bid'ah. Sungguh mereka tetap
metolerir perbedaan yang layak (wajar), bahkan mereka tetap saling mencintai
dan berwali satu sama lain; sebagian mereka tetap shalat di belakang sebagian
yang lain betapapun adanya perbedaan masalah far'i (cabang) diantara mereka.
Sedang ahlul bid'ah saling memusuhi, mengkafirkan dan menghukumi sesat kepada
setiap orang yang menyimpang dari golongan mereka.
Kemudian dengan adanya
prinsip-prinsip yang dikemukakan dimuka, mereka senantiasa berakhlak mulia
sebagai pelengkap aqidah yang diyakininya.
Diantara sifat-sifat yang agung
Pertama
Mereka
beramar ma'ruf dan nahi mungkar seperti yang telah diwajibkan syari'at dalam
firman Allah berikut.
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ
أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ
وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا
لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ١١٠
110. Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali-Imran : 110).
"Artinya :
Barangsiapa diantara kamu menyaksikan suatu kemunkaran, maka hendaklah ia
merubahnya dengan tangannya, apabila tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya,
dan apabila tidak mampu maka dengan hatinya dan yang demikian itulah
selemah-lemah iman". [Dikeluarkan oleh Muslim 1/Juz 2 hal. 22-25
syarah Nawawy dari Abu Sa'id Al-Khudry]
Sekali lagi, amar ma'ruf
nahi munkar hanya terhadap apa-apa yang diwajibkan oleh syari'at. Sedangkan
golongan Muta'zilah mengeluarkan amar ma'ruf dan nahi munkar dari apa-apa yang
diwajibkan oleh syara, sehingga mereka berpandangan bahwa amar ma'ruf nahi munkar
adalah keluar dari para pemimpin kaum muslimin apabila mereka melakukan
maksiyat walaupun belum termasuk perbuatan kufur. Sedang Ahlus Sunnah Wal
Jama'ah memandang wajib menasehati mereka dalam hal kema'shiyatannya tanpa
harus memberontak kepada mereka. Hal ini dilakukan dalam rangka mempersatukan
kalimat dan menghindari perpecahan dan perselisihan. Telah berkata Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah : Barangkali hampir tidak dikenal suatu
kelompok keluar memberontak terhadap pemilik kekuasaan kecuali lebih banyaknya
kerusakan yang terjadi ketimbang terhapusnya kemunkaran (melalui cara
pemberontakan tersebut)
Kedua.
Ahlus Sunnah
wal Jama'ah menjaga tetap tegaknya syi'ar Islam baik dengan menegakkan shalat
Jum'at dan shalat berjama'ah sebagai pembeda terhadap kalangan ahlul bid'ah dan
orang-orang munafik yang tidak mendirikan shalat Jum'at maupun shalat Jama'ah.
Ketiga
Menegakkan
nasehat bagi setiap muslim dan bekerja sama serta tolong menolong dalam
kebajikan dan taqwa sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya: Ad-Din
itu nasehat, kami bertanya : untuk siapa .? Beliau menjawab: Untuk Allah dan
Rasul-Nya dan para imam kaum muslimin serta kaum muslimin pada umumnya". [Dikeluarkan
oleh Muslim I/Juz 2 hal. 36-37 syarah Nawawy, Abu Daud 5/49944, dan An-Nasaai
7/4197, Imam Ahmad 4/102 dari Tamiim Ad-Dary]
"Artinya: Mu'min
yang satu bagi mu'min yang lain bagaikan satu bangunan yang satu sama lain
saling mengokohkan". [Dikeluarkan oleh Bukhary 4/6026 dan
Muslim 6/Juz 16 hal. 139 syarah Nawawy]
Keempat.
Mereka tegar
dalam menghadapi ujian-ujian dengan sabar ketika mendapat cobaan-cobaan dan
bersyukur ketika mendapatkan keni'matan dan menerimanya dengan ketentuan Allah.
Kelima
Bahwasanya
mereka selalu berahlak mulia dan beramal baik, berbuat baik kepada kedua orang
tua, menyambung tali persaudaraan, berlaku baik dengan tetangga, dan mereka
senantiasa melarang dari sikap bangga, sombong, dzolim (aniaya) sesuai dengan
firman Allah.
۞وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ
وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي
ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡجَارِ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ
وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ
أَيۡمَٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالٗا فَخُورًا ٣٦
"Artinya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib, kerabat, anak yatim,
orang-orang miskin, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri". [An-Nisaa:
36]
"Artinya:
Sesempurna-sempurna iman seorang mu'min adalah yang baik ahlaknya". [Dikeluarkan
oleh Imam Ahmad 13 No. 7396, Tirmidzi 3/1162, Abu Daud 5/4682, dan Al-Haitsamy
dalam Mawarid No. 1311, 1926]
Kita memohon
kepada Allah Azza wa Jalla agar berkenan menjadikan kita semua bagian dari
mereka dan tidak menjadikan hati kita condong kepada kekafiran setelah diberi
petunjuk (hidayah-Nya) dan semoga shalawat serta salam terlimpah kepada Nabi
kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarganya beserta
shabat-sahabatnya. Aamin.
Selanjutnya baca juga
bagaimana sejarah perkembangan Islam di nusantara Sejarah
Walisongo dalam Perjuangan Dakwah Islam di Nusantara semoga
bermanfaat khususnya untuk penulis dan para shobat yang mampir di situs ini.
(Menyitir dari buku
Prinsip-Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah oleh Syaikh Dr Sholeh bin
Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, diterbitkan oleh Dar Al-Gasem Saudi Arabia PO
Box 6373 Riyadh 11442, penerjemah Abu Aasia)
Semoga bahasan tentang 9
Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah ini menjadi knowledge yang
bisa memberi kita hikmah dan hidayah sehingga berguna untuk kita semua. Posted by: Opar
Suparma, M.Si