Peranan manusia dalam
lingkungan sangatlah penting. Dalam hal ini perlu kita memahami akan pengertian
lingkungan alam, buatan dan sosial kemudian bagaimana cara memelihara
lingkungan alam dan buatan supaya ada dalam keseimbangan, tentunya diperlukan
peranan manusia antara lain: peranan manusia sebagai makhluk individu dan
social, perubahan social, permasalahan sosial, perubahan stratifikasi sosial,
interaksi sosial-budaya, kegiatan ekonomi, dan mobilitas social.
A.
Pengertian Lingkungan Alam, Buatan dan Sosial
Lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar kita, hidup dan kehidupan manusia tidak pernah
terlepas dari pengaruh lingkungan. Tuntutan kebutuhan hidup mendorong manusia
beradaptasi dengan lingkungan melalui berbagai cara sesuai kemampuan, bahkan
dorongan ini tidak terbatas pada adaptasi, melainkan memotivasi
memberdayakannya melalui penyeimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mempelajari lingkungan dalam kehidupan lebih banyak dipakai istilah lingkungan
hidup.
Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 pasal 1 ayat 1 mengartikan Lingkungan Hidup sebagai berikut:
Lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan ke semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Rangkaian kata-kata yang
telah diuraikan dengan cukup jelas oleh para legislator negara kita mengenai
Lingkungan Hidup kita, dan semua manusia pastinya mengerti dan dapat memahami
arti dari pentingnya, manfaatnya, serta keseimbangan dari sistem lingkungan
hidup bahwa lingkungan hidup merupakan suatu sistem yang meliputi lingkungan
hayati, lingkungan non hayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial.
Sumber daya alam adalah
unsur lingkungan alam, baik hayati maupun non hayati, yang diperlukan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraannya. Faktor
penentu sumber daya alam adalah kebutuhan manusia yang dapat berubah-ubah
sepanjang waktu. Karena luasnya cakupan sumber daya alam, maka disusun
klasifikasi sumber daya alam, yang antara lain meliputi sumberdaya alam
terbarui dan tak terbaru.
Lingkungan alam adalah
segala sesuatu yang ada di alam dan diciptakan oleh Tuhan. Ketampakan
lingkungan alam di muka bumi berbeda-beda. Contoh lingkungan alam yang ada di
muka bumi, antara lain sungai, danau, laut, lembah, dan gunung. Selain itu,
ketampakan alam ada juga yang berupa dataran rendah, pantai, laut, pegunungan,
dan dataran tinggi.
Lingkungan buatan adalah
segala sesuatu yang dibuat oleh manusia meliputi, desa, kota besar dan kecil,
pabrik, kantor, rumah, dan sebagainya, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Contoh lingkungan buatan adalah waduk, lahan pertanian, tambak,
perkebunan, dan permukiman penduduk. Beberapa kasus, masalah lingkungan
buatan lebih sulit ditangani daripada lingkungan alami. Dalam pembangunan
permukiman diperlukan keseimbangan dengan ekosistem, sehingga tidak melebihi
daya dukung lingkungan.
Untuk itu diperlukan
strategi berdasarkan keberlanjutan. Dengan pendekatan ekologi dapat diharapkan
dapat:
a)
Memperbaiki dan menjamin penyediaan air
bersih.
b)
Meminimumkan masalah pembuangan limbah.
c)
Mengurangi pengubahan lahan subur untuk
pertanian menjadi lahan permukiman dan membantu mempertahankan produktivitas
lahan.
d)
Mengembangkan pola konservasi energi untuk
keperluan hidup dan produksi barang
e)
Memaksimumkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia.
f)
Memadukan pemeliharaan dan pelayanan
permukiman dengan penyediaan lapangan pekerjaan, pembangunan masyarakat, dan
pendidikan.
Lingkungan alam dan
lingkungan buatan juga dapat kita temukan di sekolah. Coba, kita perhatikan
uraian berikut. Dari halaman belakang sekolah terlihat bentuk muka bumi yang
menonjol tinggi dan besar di kejauhan adalah gunung dan sudah ada sejak dahulu
sebelum sekolah ini dibangun. Gunung termasuk lingkungan alam yang ada di bumi.
Pernahkah kamu melihat atau pergi ke gunung? Di sekitar sekolah, juga ada parit
yang dibuat oleh penjaga sekolah dengan dibantu beberapa pekerja. Parit berguna
untuk mengalirkan air bila terjadi hujan. Oleh karenanya, halaman sekolah tidak
pernah tergenang air. Parit termasuk lingkungan buatan karena dibuat oleh
manusia.
Apa yang dimaksud
Lingkungan Sosial ?
Belum ada definisi
tentang lingkungan sosial budaya yang disepakati oleh para ahli sosial, karena
perbedaan wawasan masingmasing dalam memandang konsep lingkungan sosial budaya.
Untuk itu digunakan definisi kerja lingkungan sosial budaya, yaitu lingkungan
antar manusia yang meliputi pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya
yang berlaku dalam suatu lingkungan spasial (ruang); yang ruang lingkupnya
ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan social tersebut (termasuk
perilaku manusia di dalamnya); dan oleh tingkat rasa integrasi mereka yang
berada di dalamnya.
B.
Cara Memelihara Lingkungan Alam dan Buatan
Lingkungan alam dan
buatan harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Lingkungan alam dan
buatan yang dijaga kelestariannya akan terus memberikan manfaat bagi manusia.
Berikut beberapa cara dalam memelihara lingkungan alam dan buatan yang ada di sekitar
kita.
1. Cara Memelihara Lingkungan Alam
Tumbuh-tumbuhan yang
hidup di hutan dan di pegunungan dapat berfungsi untuk melestarikan air, udara,
dan tanah. Akar tumbuhan dapat berfungsi sebagai penahan air, sehingga tidak
akan terjadi banjir dan erosi pada saat hujan deras. Erosi dan banjir
menyebabkan lapisan tanah paling atas akan ikut hanyut. Padahal lapisan tanah
paling atas adalah yang paling subur. Hutan juga disebut dengan paru-paru
dunia. Tumbuhan yang ada di hutan menghasilkan oksigen dan menyerap karbon
dioksida. Hal ini terjadi pada saat tumbuhan melakukan proses fotosintesis.
Oksigen diperlukan makhluk hidup untuk bernapas.
a. Menjaga kelestarian air
Setiap makhluk hidup
membutuhkan air. Manusia membutuhkan air untuk minum, mandi, mencuci, memasak,
dan lain-lain. Air untuk minum harus dimasak lebih dulu agar kuman-kumannya
mati. Hewan memerlukan air untuk minum dan mandi. Tumbuhan memerlukan air untuk
pertumbuhan dan kesuburannya. Air merupakan karunia Tuhan yang harus dijaga
keberadaan dan kebersihannya. Air yang kotor atau tercemar tidak dapat
dimanfaatkan. Air yang kotor atau tercemar dapat membahayakan kehidupan
manusia, hewan, dan tumbuhan. Kelestarian air dapat dijaga dengan cara antara
lain:
1)
tidak membuang sampah di sungai atau
saluran air
2)
melakukan kegiatan penghijauan atau
penanaman pohon yang dapat berfungsi sebagai penahan dan penyimpan air
3)
menggunakan air sesuai kebutuhan.
4)
Air bekas cucian dan mandi diusahakan
tidak langsung meresap ke dalam tanah, tetapi dialirkan ke saluran pembuangan.
b.
Menjaga Kelestarian Udara
Udara sangat penting bagi
kehidupan manusia. Setiap makhluk hidup di bumi membutuhkan udara. Manusia
dan hewan memerlukan udara untuk berna-pas. Tanpa udara semua makhluk hidup
akan mati. Udara perlu dijaga kebersihan-nya. Asap pabrik dan asap kendaraan
bermotor dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara sama
dengan polusi udara. Untuk mengurangi pencemaran udara, pabrik-pabrik yang
besar harus menggunakan cerobong asap. Udara yang bersih baik untuk kesehatan
badan. Untuk mengurangi terjadinya pencemaran udara sebaiknya di kanan kiri
jalan ditanami pohon. Kamu juga harus ikut serta dalam menjaga kebersihan
udara.
c. Menjaga Kesuburan Tanah
Tanah merupakan tempat
hidup bagi makhluk hidup. Semua hasil pertanian, perkebunan, tambang, dan hasil
bumi lainnya berasal dari tanah. Tanah yang subur dapat menghasilkan tanaman
yang baik. Tanah yang tandus perlu diolah agar menjadi subur. Sampah dari daun
baik untuk menyuburkan tanah.Untuk menjaga kelestarian tanah tanamilah tanah
kosong di sekitarmu agar tidak menjadi tandus. Tanah harus diolah dengan
pengairan dan pemupukan yang benar. Kelestarian tanah juga dapat dilakukan
dengan cara tidak membuang sampah di sembarang tempat. Sampah harus dibuang di
lokasi pembuangan yang semestinya. Sampah yang kita buang umumnya terdiri atas
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal
dari makhluk hidup. Contoh sampah organik adalah daun-daun, sisa-sisa makanan,
dan sebagainya. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari benda tak
hidup. Contoh sampah anorganik antara lain kaleng, botol, dan plastik. Sampah
organik dapat membusuk dan terurai oleh bakteri atau jamur sehingga tidak
berbahaya bagi lingkungan. Sementara sampah anorganik tidak dapat terurai
sehingga akan merusak kelestarian tanah. Oleh karena pentingnya tanah, air, dan
udara maka jagalah kelestarian tanah, air, dan udara di sekitarmu. Hal ini
bertujuan agar dapat terus memberikan manfaat bagi kehidupan. Semua itu karunia
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Cara Memelihara Lingkungan Buatan
a. Memelihara tempat tinggal atau kantor
Kita sering mendengar
“membangun itu lebih mudah daripada memelihara”, memelihara tempat tinggal atau
perkantoran dengan mengecat, menata taman lebih indah, membersihkan setiap
ruangan dan sekitar rumah sehingga rumah atau kantor tampak indah dan nyaman.
Memelihara tempat tinggal/kantor yang dilakukan oleh setiap orang secara tidak
langsung akan memelihara lingkungan yang kita bangun bersama.
b.
Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan yang bersih
merupakan dambaan setiap orang. Kebersihan lingkungan menjadi tanggung jawab
setiap orang. Lingkungan yang bersih akan mencegah berjangkitnya berbagai
penyakit. Sering di lingkungan kita diadakan kerja bakti kebersihan
lingkungan, ada yang membersihkan saluran air, ada yang mendorong gerobak
sampah, ada yang mencangkul, meratakan tanah, dan ada yang membersihkan rumput
liar. Anak-anak juga ikut serta dalam kegiatan kerja bakti tersebut, dengan
mengumpulkan sampah dan membuangnya ke tempat sampah. Ibu-ibu menyediakan
makanan dan minuman untuk para warga. Sekarang kompleks perumahan tersebut
menjadi bersih dan asri. Kita harus selalu menjaga lingkungan tempat tinggalmu
agar selalu bersih dan sehat.
c. Pemeliharaan tambak
Tambak termasuk
lingkungan buatan, karena secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi
kehidupannya. Pemeliharaan tambak berarti pula upaya menjaga lingkungan buatan.
Pemeliharaan tambak meliputi persiapan tambak, menjaga kebersihan air dan areal
tambak, pemberian pakan yang cukup pada ikan piaraan serta menjaga kesehatan
ikan.
Perilaku
Memelihara Lingkungan Alam dan Buatan
Lingkungan kita banyak
dijumpai merupakan paduan lingkungan alam dan buatan. Kalian semua tentu
pernah melihat sungai, baik sungai yang besar maupun sungai yang kecil. Sungai
termasuk ketampakan alam. Ada pula sungai yang sengaja dibuat untuk kebutuhan
pencegah luapan banjir atau untuk irigasi. Agar sungai selalu dapat
dimanfaatkan oleh manusia, sungai harus dijaga kelestarian dan kebersihannya.
Contoh perilaku yang baik dalam memelihara sungai adalah dengan tidak membuang
sampah dan limbah ke sungai, karena dapat mencemari dan mengotori sungai.
Selain itu sampah yang dibuang di sungai juga dapat menyebabkan terjadinya
bencana banjir.
Selain sungai, ketampakan
alam dan buatan yang harus dijaga kelestarian-nya adalah hutan. Hutan ada yang
alami dan ada yang buatan. Hutan alami adalah hutan yang ada dengan sendirinya
sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hutan buatan adalah hutan yang sengaja
dibuat oleh manusia untuk berbagai tujuan dan kepentingan hidupnya. Manfaat
hutan yang paling utama adalah sebagai tempat penyimpanan air serta mencegah
terjadinya bencana banjir dan tanah longsor. Oleh karena itu, kita tidak boleh
merusak hutan. Hutan wajib dijaga kelestariannya dengan cara tebang pilih
(menebang pohon dengan cara memilih pohon yang lebih tua dan siap untuk
ditebang) dan reboisasi. Reboisasi adalah penanaman kembali pohon-pohon di
hutan. Sawah merupakan contoh lingkungan buatan yang sengaja dibuat manusia.
Petani menanam padi di sawah. Dari menanam padi petani mendapatkan beras yang
dimasak menjadi nasi sebagai makanan pokok sehari-hari. Agar dapat memperoleh
hasil yang maksimal petani harus mengolah lahan pertaniannya dengan baik,
seperti penggunaan pupuk yang benar, sistem pengairan yang baik, dan mengolah
tanah dengan baik. Usaha-usaha tersebut merupakan bentuk pemeliharan dan
pelestarian lingkungan alam dan buatan.
C.
Peranan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Sebagai makhluk hidup
yang berada di muka bumi ini keberadaan manusia adalah sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial, dalam arti manusia senantiasa tergantung dan atau
berinteraksi dengan sesamanya. Individu manusia tidak akan bisa eksis apabila
ia hidup sendirian tanpaberinteraksi dengan individu manusia lainnya. Dengan
demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa akan
terkait dengan interaksi antara individu manusia, interaksi antar kelompok,
kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai
proses sosial dan interaksi sosial, keberadaan institusi social atau lembaga
kemasyarakatan, dan berbagai hal yang timbul akibat berbagai aktivitas manusia
seperti perubahan sosial. Dalam lingkungan sosial suatu masyarakat akan selalu
terjadi interaksi sosial. Dalam kegiatan interaksi sosial senantiasa berkaitan
dengan berbagai aktivitas, pengembangan yang dilakukan oleh umat manusia, serta
berbagai akibat yang ditimbulkan. Selain itu, juga terkait pula dengan keberadaan
kebudayaan, ekonomi, dan kehidupan kemasyarakatan lainnya. Dalam ilmu sosial
senantiasa mencoba mencari tahu tentang hakikat dan berbagai sebab pola pikir
serta tindakan manusia yang adadalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat. Hal
semacam itu senantiasa akan berhubungan dengan keberadaan stratifikasi social
(Sanderson, 1995:157). Secara sosial sebenarnya manusia merupakan makhluk
individu dan makhluk sosial yang mempunyai kesempatan sama dalam berbagai hidup
dan kehidupan dalam masyarakat. Artinya, bahwa setiap manusia itu mempunyai
hak, kewajiban, dan berkesempatan yang sama dalam menguasai sesuatu, seperti:
melakukan pekerjaan, memperoleh pendidikan atau mencari ilmu pengetahuan,
berperan dalam kehidupan masyarakat, bertangung jawab dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat, serta berbagai aktivitas ekonomi, politik, dan bahkan beragama.
Namun demikian,
kenyataannya setiap individu dan atau sekelompok individu tidak dapat menguasai
atau mempunyai kesempatan yang sama. Akibatnya masing-masing individu mempunyai
peran dan kedudukan yang tidak sama atau berbeda. Hal itu disebabkan olehbanyak
faktor yang melingkupinya. Faktor tersebut seperti kondisi ekonomi, sosial,
politik, budaya, dan bahkan individu atau sekelompok manusia itu sendiri. Dengan
demikian, akan dapat dijumpai individu atau sekelompok individu yang mempunyai
fungsi, peran, dan tanggung jawab yang berbeda. Pada kondisi demikian itu,
mulai tampak adanya beberapa kelompok atau golongan tertentu dalam kehidupan
masyarakat tersebut. Pada saat itulah muncul adanya kelas/golongan masyarakat
tertentu. Dengan kata lain, stratifikasi sosial mulai tampak dalam kehidupan
masyarakat tersebut.
D.
Peranan Manusia dalam Perubahan Sosial
Menurut Beyer (1997:97-98) perubahan
sosial bisa terjadi globaluniversal,
asumsi-asumsi yang mendasari terjadinya perubahan kehidupan manusia
yang bersifat global-universal adalah karena kehidupan dalam masyarakat terkait
dengan pergerakan sosial (social movement) dari para pemimpin, organisasi yang
dianut, dan para pengikutnya. Dengan mendunianya berbagai ajaran dan kehidupan
sosialmasyarakat menjadikan kehidupan masyarakat tidak bisa hanya dipahami
secara tradisional-partikular, tetapi menuntut kajian global-prinsipal yang
bersifat universal, seperti ia katakan berikut:
Secara mendasar
pergerakan dan perubahan terhadap pelaksanaan kehidupan suatu masyarakat
senantiasa terkait, mengikuti atau nginthil (persistent) terhadap berbagai
peristiwa pergerakan sosial, yang mana pergerakan itu berdampak terhadap pola
kehidupan sosialbudaya dan keagamaan di permukaan bumi di seluruh dunia dewasa ini.
Pendapat yang berargumen
global-universalisasi kehidupan social budaya ini berasumsi bahwa ideologi dan
kondisi politik yang melanda suatu masyarakat dapat mendorong pluralnya suatu
keyakinan dalam kehidupan masyarakat. Dalam studinya di Amerika Latin, Drougus
menemukan bahwa akibat pengaruh ideologi di era berkembangnya liberalisme yang
melanda negara-negara Amerika Latin menjadikan masyarakat Katolik yang bercirikan
wilayah pertanian di negara tersebut terplurarisasi menjadi tiga sekte, yakni
golongan rationale popular Catholic yang berpandangan rasional, renewed
traditionale Catholic yang berpandangan tradisional, dan renewed popular
Catholic yang berpandangan liberalis (Drougus, 2000:263). Menurut Drougus bahwa
globalisasi ideologi atau politik di Amerika Latin memberi pengaruh kepada
variasi kehidupan masyarakat yang terkait pula terhadap pola kehidupan
sehari-hari. Di mana masing-masing kelompok masyarakat tersebut menjalankan
kehidupannya sesuai dengan rasionalitas, kondisi wilayah, dan keyakinannya
sendiri. Kelompok rasionalis menjalankan kehidupannya cenderung pada konsep
rasional (pragmatis) sehingga kelompok ini lebih terbuka pada "pembaharuan"
kehidupan sosial budayanya.
Hal ini berbeda secara
diametral dengan kelompok tradisionalis yang cenderung tertutup bagi
pembaharuan. Kelompok ini dalam menjalankan kehidupannya cenderung ortodoks
danpada "penyesuaian" terhadap kehidupan tradisi kedaerahan.
Sedangkan kelompok liberalis dalam menjalankan kehidupannya cenderung terbuka
dan agak bebas bagi suatu pembaharuan, hal ini karena pengaruh kuat dari
ideologi liberal yang melanda Amerika Latin. Dengan kata lain, pola
pengelompokan kehidupan masyarakat di negara itu didasarkan atas
"rasionalitas" dalam menjalankan kehidupan sosial budayanya.
Sementara itu, Majid (2000) berasumsi bahwa menggelobalnya kehidupan umat
manusia di dunia ini adalah akibat pengaruh jaman teknologi (technical age)
yang telah meramba berbagai negara di seluruh penjuru dunia. Teori globalisasi
"jaman teknologi" ini diadopsi Majid darikonsep modernisasi Lucian W.
Pey di dalamnya mengandung unsur-unsurbudaya dan pengalaman barat. Tesisnya
adalah jika kemajuan teknologi itu datangnya dari Mesir atau Timur Tengah, maka
jaman teknologi(modernisasi) itu tentu ala Mesir atau Timur Tengah dan bukan
barat, karenanya jangan salahkan barat.
Akibat kemajuan teknologi
yang bersumber dari barat, maka umat manusia tidak lagi dihadapkan kepada
permasalahan kulturalnya sendiri secara terpisah dan berkembang secara otonomi
dari yang lain, tetapi terdorong menuju masyarakat jagat (global) terdiri
dari berbagai bangsa yang erat berhubungan satu sama lain. Penggunaan
sepenuhnya teknologi di suatu bagian dunia (Barat) tidak lagi dapat dibatasi
pengaruhnya hanya kepada tempat itu sendiri saja, tetapi merambah ke seluruh
muka bumi, meliputi seluruh budaya manusia tanpa dapat dihindari sama sekali
(Majid, 2000:453).
Kemajuan teknologi barat
yang pesat merupakan faktor kunci penyebab tak dapat dihindarinya bagi
menggelobalnya kehidupan manusia. Karena kemajuan teknologi terkait langsung
dengan pola kehidupan kemanusiaan. Sehingga teknologi tak harus dihindari, akan
tetapi harus disikapi sebagai berkah demi perbaikan dan kemajuan kehidupan. Itu
berarti kehidupan sosial, budaya harus dapat diadopsi secara kreatif. Seperti
tesis etika Protestan dari We-ber dan tesis kreativitas kehidupan sosial,
budaya, dan keagamaan dari Bellah, Geertz, serta Gran. Contohnya seperti pada
kasus bangsa Jepang dengan Tokugawanya dan Turki dengan Islam modernnya.
Namun demikian, dijumpai
pula bahwa perubahan kehidupan suatu masyarakat itu sebenarnya adalah akibat
pengaruh atau senantiasa berkaitan dengan lingkungan di sekitarnya (secara
lokal). Para ilmuwan yang berpandangan demikian ini antara lain Waldman (2001)
dalam karyanya Pikiran Primitif-Pikiran Modern. Ia menolak teori perubahan
global-universal. Asumsinya bahwa kehidupan sosial dan budaya masyarakat
berkembang sesuai dengan karakternya (yang ada di dalam) dan mengadaptasi atau
bahkan "menolak" apa yang datang dari luar. Evolusi yang bersifat
"mempertahankan diri" dalam kehidupan adalah sejalan dengan tata
nilai yang ada.
Bagaimanapun kehidupan
masyarakat dapat dijelaskan oleh semua perubahan budaya dan dengan materinya
yang luas,sehingga dapat melihat pengaruhnya terhadap konstruksi dan
perubahansosial yang lebih obyektif. Karenanya perkembangannya tidak hanya
bersifat involusioner tetapi juga evolusioner,
karena ia terkait dengan adaptasi terhadap budaya lain. Walaupun demikian,
tradisi kehidupan lokal lebih dipertahankan (Waldman, 2001:130-132).
Dinamika sosial dan
budaya berimplikasi secara involusioner yang mengekspresikan serta membentuk
dunia di mana manusia itu hidup, bersifat lokal, dan sejalan dengan karakter
daerahnya (Geertz, 1974:87. Geertz juga menjelaskan bahwa jika disimak lebih
mendalam kekomplekan fenomena kehidupan dalam masyarakat walaupun tampak
semakin modern dan mendunia, tetapi ia sejalan dengan perkembangan kehidupan
budayanya yang involutif (terjadi proses penjlimetan) sejalan dengan kondisi
wilayahnya, karena ia merupakan limpahan kepercayaan yang bersifat isolatif.
Yang tampak bahwa taraf perkembangan system-sistem kehidupan masyarakat yang
bersifat njlimet walau amat bervariasi, dan tidak semata-mata berdasarkan pada
suatu basis evolusioner sederhana. Sehingga dalam satu masyarakat, tarap
penjelasan simbolik tentang aktualitas akhir bisa mencapai taraf kompleksitas
dan uraian sistematis yang luar biasa.
Dalam kehidupan
masyarakat Jawa misalnya, walau secara social masyarakat tersebut senantiasa
berkembang, namun perumusannya tetap tinggal primitif (dalam arti
sesungguhnya), hampir tak lebih dari pada tumpukan tradisi (kepercayaan) awal
yang fragmentaris dan berupa gambaran yang terisolasi dengan dunia lain
(Geertz, 1992:48). Kuntowijayo (2001) berasumsi bahwa kehidupan masyarakat
bergerak dari "dalam" aturan menuju "keluar" kepada pola
kehidupan perubahan atau pergerakan sosial-budaya yang menggelobal atau mendunia.
Dengan demikian, maka
kehidupan masyarakat yang local partikular tidak sekedar mempertahankan diri
dari serangan global universal, tetapi justru ia berupaya mempengaruhi secara
kreatif terhadap sosial-budaya di dunia luar yang menggelobal itu. Pandangan
ini berbeda secara diametral dari pandangan para materialisme Marxisme yang
menganggap bahwa materi, yang berada "di luar" itu menentukan atau
mempengaruhi yang ada "di dalam" (aturan atau ajaran). Dengan kata
lain, struktur menentukan suprastruktur. Perubahan itu dapat mempengaruhi
perubahan sosial maupun kultural.
Kegiatan kehidupan
masyarakat berhubungan dengan keterkaitan, solidaritas, serta kegiatan individu
dalam masyarakat yang terpusat pada simbol-simbol yang dianut dan sejalan
dengan keberadaan kontek daerahnya. Karena ia terkait dengan "makna"
individu sendiri. Sehingga kehidupan masyarakat berkembang dari pengaruh makna
yang ada pada masing-masing individu dan masyarakat di sekitar lingkungannya,
bukan masyarakat yang ada di luar lingkungan kehidupannya.
Di sini lingkungan
geografik sangat menentukan dan memberi pengaruh terhadap kehidupan individu
dan kelompok masyarakat tertentu. Karenanya terkait dengan bagaimana individu
dan kelompok mengidentifikasi diri mereka sendiri di dunia (dalam hubungannya
satu sama lain dan hubungannya dengan kondisi-kondisi sosial, budaya, dan alam
dari keberadaannya) terutama dalam acuan perubahan dalam kebudayaan, norma,
nilai, dan pranata yang terjadi di sekitarnya. Dengan demikian, berubahnya
suatu masyarakat tergantung pada bagaimana individu-individu tersebut berubah sejalan
dengan kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya.
Perubahan itu antara lain
dalam bentuk sebagai berikut.
1.
Berkembang sesuai karakternya,
mengadaptasi dan atau menolak yang datang dari luar, berubah secara evolutif
yang bersifat "mempertahankan diri" sejalan dengan tata nilai yang
ada (Waldman, 2001).
2.
Bergerak secara involusioner,
mengekspresikan serta membentuk dunia di mana manusia itu hidup, dan sejalan
fenomena social budaya yang bersifat lokal (Geertz, 1974).
3.
Bergerak dari "dalam" menuju
"keluar", bahwa suatu kehidupan lokal-partikular secara kreatif
mempengaruhi sosial-budaya yang ada di luar (Kuntowijayo, 2001; Zahar and
Marshal, 2001; Toprak, 1999).
4.
Pergerakannya berhubungan dengan
keterkaitan, solidaritas, serta kegiatan individu dan masyarakat yang terpusat
pada symbol kehidupan yang dianut (Robertson, 1995; Kuntowijoyo, 2001).
E.
Peranan Manusia dalam Permasalahan Sosial
Salah satu permasalahan
sosial yang terkait langsung dengan pertumbuhan penduduk yang paling menonjol
adalah terjadinya peledakan penduduk, penyebaran penduduk yang tidak merata,
dan pada akhirnya terjadinya kemiskinan. Hal semacam itu terjadi karena ledakan
penduduk yang terjadi pada wilayah tertentu, sehingga kapasitas kewilayahan
tidak seimbang dengan jumlah penduduk. Dengan kata lain, daya dukung wilayah
tidak mampu menampung keberadaan penduduk.
Faktor-faktor yang
membuat terjadinya kemiskinan menurut Soekanto (1990) antara lain sebagai
berikut.
1.
Karena kegagalan mereka untuk dapat
memperoleh kesempatan menguasai sesuatu yang lebih dari yang sekarang mereka
miliki.
2.
Kegagalan untuk memperoleh kesempatan
menguasai tersebut adalah akibat dari adanya ketidakadilan yang dirasakan.
3.
Karena seseorang merasa tidak cukup terhadap
apa yang dimiliki sekarang.
4.
Karena tidak atau kurang adanya pembagian
kekayaan yang merata di antara individu atau kelompok manusia yang ada dalam
kehidupan masyarakat.
5.
Tidak adanya kesempatan kerja atau kegagalan
dalam mencari pekerjaan, sehingga mereka menjadi tuna karya dan atau tuna
susila.
Menurut McHale (1970)
yang menyebabkan ketidakberuntungan secara ekonomi bagi seseorang atau
sekelompok orang adalah kebutuhan hidup manusia yang tidak atau kurang terpenuhi.
Kebutuhan yang tidak/kurang terpenuhi itu meliputi:
1.
Untuk memenuhi kekurangan (deficiency
needs) yang diperlukan untuk mencapai tingkat tertentu tak tercapai.
2.
Keperluan untuk mempertahankan satu
tingkat tertentu yang dianggap perlu tapi tidak terpenuhi.
3.
Keperluan untuk berkembang (growth needs).
Keperluan untuk masing-masing individu untuk mengembangkan dirinya pada tingkat
tertentu tidak terpenuhi atau tidak kesampaian.
Menurut Baldwin dan Meier
setidaknya ada enam aspek ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur ketidak
beruntungan (kemiskinan) seseorang atau sekelompok orang/masyarakat, yaitu:
1.
Suatu negara atau masyarakat yang hanya
mampu memproduksi barang-barang primer seperti kayu glondong, berbagai hasil
pertanian dan perkebunan yang masih mentah dan belum diolah.
2.
Adanya pertambahan penduduk yang tinggi
seperti angka kelahiran yang tinggi, penduduk yang berpendidikan dan
berketerampilan rendah, dan penduduk yang padat.
3.
Sumberdaya alam yang belum banyak diolah,
karena keterampilan penduduk yang rendah.
4.
Pendapatan penduduk yang masih rendah.
5.
Kekurangan kapital atau modal untuk usaha
atau pembangunan.
6.
Ekspor barang atau penjualan barang yang
masih rendah.
Menurut Laeyendeker,
berbagai faktor yang mengakibatkan seseorang petani menjadi miskin antara lain
sebagai berikut (Amaludin, 1987):
1.
Mereka yang memiliki atau menguasai
alat-alat produksi adalah tergolong sebagai petani yang kaya. Sedangkan mereka
yang tidak memiliki atau tidak dapat menguasai alat-alat produksi adalah
sebagai petani miskin.
2.
Mereka yang menguasai nilai lebih secara
langsung tergolong sebagai petani yang kaya. Sedangkan mereka tidak menguasai
nilai lebih secara langsung adalah sebagai petani miskin.
3.
Mereka yang sejak semula menjadi kaum
miskin (kaum miskin murni). Mereka itu seperti kaum buruh tani dan kaum
pengusaha kecil yang memang miskin, karena tidak adanya kecukupan pada kebiatan
usahanya atau kerjanya itu. Menurut Harris (1991) berbagai faktor yang
menyebabkan kemiskinan/ ketidak beruntungan antara lain adalah sebagai berikut:
a)
Eksploitasi terhadap sumberdaya alam yang
ada di pedesaan tidakatau kurang menguntungkan secara ekonomi bagi para
penduduk.
b)
Kekurangberhasilan pembangunan dan
investasi di pedesaan yang tidak menyertakan para ahli secara lintas sektoral,
karena yang dibutuhkan tidak hanya ahli ekonomi saja.
c)
Birokrasi pemerintahan yang terlalu
panjang dan berbelit ketika adanya investasi di pedesaan dan banyaknya biaya
ektra hingga tidak mengefisiensikan investasi yang dilakukan.
d)
Pertumbuhan yang tidak konsisten yang
terjadi di pedesaan, sehingga petani senantiasa menghadapi hal yang tidak
pasti dalam menjalankan dan terutama menjual produksi.
F. Peranan Manusia dalam Perubahan Stratifikasi
Sosial
Stratifikasi sosial
(social stratification), sering juga disebut sebagai kelas-kelas
sosial, merupakan bagian
kajian yang sangat penting dalam ilmu Sosial khususnya Sosiologi. Hal itu
karena, dalam kenyataan kehidupan sehari-hari pada suatu masyarakat
bagaimanapun bentuknya, dari kehidupan masyarakat sederhana (yang masih
tradisional) sampai dengan masyarakat yang kompleks (yang modern), akan
dijumpai stratifikasi sosial. Selanjutnya, ilmu sosial, lebih khususnya
sosiologi, merupakan ilmu yang mengkaji secara ilmiah tentang kehidupan sosial
manusia dan berbagai interaksi yang dilakukan oleh manusia. Berbagai fakta
empirik menunjukkan bahwa dalam suatu kelompok kehidupan masyarakat (secara
ekstrim) pasti ada yang menjadi pemimpin (baik sebagai pemimpin formal maupun
informal) dan ada yang dipimpin. Ada orang yang kaya dan orang yang miskin. Ada yang menjadi tokoh ada
yang menjadi orang biasa. Ada yang ber-pendidikan tinggi dan ada yang
berpendidikan rendah, dan begitu seterusnya.
Hal itu merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Kenyataan
keadaan ma- yarakat yang berjenjang dan berkelas-kelas secara sosial itu sering
dinamai stratifikasi sosial.
G.
Peranan Manusia dalam Interaksi Sosial-Budaya
Sebagaimana diketahui bahwa
interaksi antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan alam itu
merupakan kodrat manusia.Karena mereka senantiasa hidup dalam alam untuk
beraktivitas dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Dengan kata lain, dalam
kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial senantiasa terkait dengan
lingkungan alam sekitarnya. Sebagai makhluk sosial juga, manusia senantiasa
melakukan interaksi sesamanya yang senantiasa pula dibatasi oleh ruang dan
waktu serta kewilayahan dan kelingkungan yang ada di sekitarnya. Dengan begitu,
aktivitas manusia senantiasa terpola dalam suatu kelompok social dan kehidupan
masyarakat dalam kajian keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan. Hal semacam
itu bisa terpola dalam keruangan dan kewilayahan seperti adanya kelompok
Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa. Kedua kelompok masyarakat itu mempunyai
karakter terkait dengan ciri dan tipenya dalam kajian keruangan, kewilayahan,
dan kelingkungan. Selanjutnya juga akan terkait dengan keberadaan institusi
sosial atau lembaga masyarakat dalam kajian keruangan, kewilayahan, dan
kelingkungan. Kehidupan kebudayaan dalam suatu masyarakat senantiasa terkait
dengan kondisi keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan yang ada disekitarnya.
Sehingga masing-masing masyarakat biasanya memiliki karakter kehidupan
kebudayaan dan kemayarakatan yang beragam. Demikian halnya dalam hal kehidupan
berbagai lapisan masyarakat (stratifikasi sosial) yang ada, didalam senantiasa
terkait dengan kajian keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan.
H. Peranan Manusia dalam Kegiatan Ekonomi
Kenyataannya tidak
demikian, di mana setiap individu dan atau sekelompok manusia tidak dapat
menguasai berbagai hal seperti tersebut secara setara atau sama. Hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor yang melingkupinya. Faktor tersebut disesuaikan
dengan kondisi individu atau sekelompok manusia itu sendiri dan kondisi lingkungan
serta sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Sehingga dijumpai individu atau
sekelompok individu yang tidak mampu atau tidak berkesempatan menguasai
beberapa aspek yang terkait dengan hidup dan kehidupannya.
Di lain fihak, sebagian
diantara orang atau sekelompok orang menguasai berlebihan tentang barang dan
modal (sumberdaya alam) untuk aktivitas ekonomi. Hal itu antara lain karena
secara geografik mereka berada pada wilayah, lingkungan, dan keruangan yang
lebih menguntungkan. Dalam kegiatan ekonomi mengarah pada kajian tingkah laku
manusia dalam hidupnya bermasyarakat, khususnya terkait dengan upaya memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Aktivitas sehari-hari itu antara lain berupa
petani pergi ke sawah melakukan kegiatan bercocok tanam, pekerja dan karyawan
pergi ke kantor atau ke pabrik untuk bekerja, pedagang sibuk dan atau pergi ke
pasar untuk berdagang, pegawai pergi ke kantor atau bank untuk dinas, dan
begitu banyak kegiatan lain yang dilakukan oleh manusia dalam kegiatan sehari-hari
lainnya. Berbagai aktivitas manusia tersebut sebenarnya merupakan berbagai
kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Aktivitas kegiatan
semacam itu biasanya disebut sebagai aktivitas ekonomi. Dengan demikian, maka
ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kegiatan manusia
sehari-hari dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai aktivitas manusia
tersebut pasti melakukan hubungan atau interaksi antar manusia. Dalam arti
bahwa permasalahan ekonomi tidak terlepas dari mempelajari kegiatan manusia
dalam hubungannya dengan manusia lainnya pada suatu masyarakat (Pinch, 1988).
Dengan demikian, ilmu ekonomi dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan social
yang mempelajari tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari pada suatu
masyarakat, khususnya terkait dengan upaya memenuhi kebutuhannya sehari-hari
(Mubyarto, 1973; Wahid, 1976; Irawan dan Suparmoko, 1979).
Setiap manusia mempunyai
hak, kewajiban, dan kesempatan beraktivitas ekonomi yang sama untuk menguasai
sesuatu. Penguasan sesuatu tersebut seperti terkait dengan kegiatan melakukan
pekerjaan, berperan dalam kehidupan masyarakat, bertangung jawab dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat, serta berbagai aktivitas sosial, budaya,
politik, dan bahkan beragama.Pada satu sisi, fakta menunjukkan bahwa setiap
individu dan atau sekelompok manusia tidak dapat menguasai aspek kebutuhan
(aspek ekonomi) secara sama. Hal ini karena dipengaruhi oleh banyak factor yang
melingkupinya. Faktor tersebut seperti:
a.
Kondisi individu atau sekelompok manusia
itu sendiri yang memang tidak sanggup untuk dapat menguasainya,
b.
Kondisi lingkungan,
c.
Kondisi sumberdaya alam yang ada di
sekitarnya yang memang kurang atau tidak bersahabat.
Akibat dari ketiga faktor
tersebut maka dijumpai individu atau sekelompok individu yang tidak mampu atau
tidak berkesempatan menguasi beberapa aspek yang terkait dengan kebutuhan hidup
dan kehidupannya. Pada sisi lain, ada sebagian diantara orang atau sekelompok
orang yang mampu menguasai secara berlebihan tentang barang dan modal (seperti
sumber daya alam) untuk aktivitas ekonomi. Karenanya mereka biasa disebut orang
kaya. Hal itu mungkin karena secara geografik mereka berada pada wilayah,
lingkungan, dan keruangan yang lebih menguntungkan.
I. Peranan Manusia dalam Mobilitas Sosial
Menurut Manning (1983)
berbagai faktor yang memberi pengaruh pada keberadaan tenaga kerja dan
mobilitas sosial penduduk adalah: partisipasi penduduk atau masyarakat,
komposisi umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktivitas migrasi,
keterampilan dan jenis pekerjaannya, jenis usaha yang dilakukannya, kesempatan
kerja yang ada/didapatkannya, modal yang dapat dikuasai, tingkat
pendapatannya, berbagai jaringan yang dapat diakses, kesempatan bertumbuh dan
perluasan usaha atau pekerjaannya. Berdasarkan atas kondisi tenaga kerja dan
mobilitas yang ada dalam kehidupan masyarakat, konsekuensi yang dapat
ditumbulkan akibat dari permasalahan tenaga kerja antara lain: Terjadinya
kemiskinan apabila tenaga kerja yang tersedia banyak namun lowongan kerja
sedikit.
Dengan kata lain, harus
adanya upaya pencetakan lapangan kerja; Kualitas tenaga kerja yang rendah hal
ini terjadi bila banyak tenaga kerja yang kurang terampil. Dengan kata lain,
harus adanya upaya pelatihan keterampilan tenaga kerja yang memadai. Upaya
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang disertai peningkatan keterampilan tenaga
kerja dan disertai dengan turunnya pertumbuhan penduduk. Sehingga pendapatan perkapitan
penduduk meningkat; Menciptakan hubungan yang harmonis dengan kajian bahwa
secara hitorik pekerja (buruh) dengan juragan (pemilik perusahaan) sebenarnya
dapat hidup secara berdampingan sehingga bukan merupakan masalah sosial.
Posted by: Opar Suparma, S.Pd. M.Si.
(Related Post): Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan