Berikut Penjelasan Tentang Pendidikan Kewirausahaan, Ciri-ciri wirausahawan yang berhasil, Contoh kegiatan Kewirausahaan, dan Program Pendidikan Kewirausahaan di sekolah dasar dan menengah.
Related Post:
Pengembangan
Kewirausahaan melalui PKBA
Pendidikan
Kewirausahaan at swy
Coaching Dalam
Supervisi Guru & Tendik
Konsep Kewirausahaan
Konsep dasar
kewirausahaan, wira artinya berani; swa artinya sendiri; usaha
artinya cara-cara yang dilakukan dan sta artinya berdiri. Lupiyoadi dan Wacik (1998) WS = WU:
berusaha keras menunjukkan sifat-sifat keberanian, keteladanan dalam mengambil
resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. WS WU; wu memiliki visi
pengembangan usaha, kreativitas dan daya inovasi; ws bekerja keras, berusaha,
dan berjualan. Raymond (1995): proses
penciptaan sesuatu yang baru atau inovatif guna memperoleh kesejahteraan atau
kekayaan individu dan mendapatkan nilai tambah bagi masyarakat.
Kewirausahaan di sekolah dasar merupakan kerja keras yang terus-menerus menjadikan sekolah itu lebih bermutu. Konsep itu meliputi usaha: membaca atau mengeksploitasi peluang-peluang, melihat dari setiap unsur institusi sekolah itu sesuatu yang baru atau inovatif, menggali sumber-sumber yang mungkin dan dapat dimanfaatkan, mengendalikan resiko, mewujudkan kesejahteraan (benefits), dan mendatangkan keuntungan finansial (profits)
Kewirausahaan adalah
suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat
bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Keterampilan-keterampilan
(skills) yang dibutuhkan oleh seorang wirausaha menurut Hisrich & Peters
(2002) adalah keterampilan teknikal, manajemen bisnis, dan jiwa kewirausahaan
personal. Keterampilan teknikal meliputi: mampu menulis, berbicara, mendengar,
memantau lingkungan, teknik bisnis, teknologi, mengorganisasi, membangun
jaringan, gaya manajemen, melatih, bekerja sama dalam kerja tim (teamwork).
Manajemen bisnis meliputi: perencanaan bisnis dan menetapkan tujuan bisnis,
pengambilan keputusan, hubungan manusiawi, pemasaran, keuangan, pembukuan,
manajemen, negosiasi, dan mengelola perubahan. Jiwa wirausaha personal
meliputi: disiplin (pengendalian diri),
berani mengambil resiko diperhitungkan, inovatif, berorientasi perubahan, kerja
keras, pemimpin visioner, dan mampu mengelola perubahan.
Seseorang yang memiliki
karakter wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya.
Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan
usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5), “An entrepreneur is one who creates a new
business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving
profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary
resources to capitalze on those opportunities”.
Wirausahawan
adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai
kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang
dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta
memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam
dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan.
Intinya, seorang wirausaha adalah orang-orang yang memiliki karakter wirausaha
dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain,
wirausaha adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan inovatif yang
tinggi dalam hidupnya.
Dari beberapa konsep di
atas menunjukkan seolah-olah kewirausahaan identik dengan kemampuan para
wirausaha dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya,
kewirausahaan tidak selalu identik dengan karakter wirausaha semata, karena
karakter wirausaha kemungkinan juga dimiliki oleh seorang yang bukan wirausaha.
Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun
pemerintahan (Soeparman Soemahamidjaja,
1980). Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan
inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan
peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997).
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila
seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses
kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan
dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai
tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara
baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui
cara-cara sebagai berikut:
1. Pengembangan
teknologi baru (developing new
technology),
2. Penemuan
pengetahuan baru (discovering new
knowledge),
3. Perbaikan
produk (barang dan jasa) yang sudah ada
(improving existing products or services),
4. Penemuan
cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak
dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding
different ways of providing more goods and services with fewer resources).
Walaupun di antara para
ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, namun
sebenarnya karakter wirausaha juga dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi di
luar wirausaha. Karakter kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai
perubahan, pembaharuan, kemajuan dan
tantangan, apapun profesinya.
Dengan demikian, ada
enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu:
Kewirausahaan adalah
suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga
penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)
Kewirausahaan adalah
suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)
Kewirausahaan adalah
suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif)
yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
Kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, 1959)
Kewirausahaan adalah
suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan
dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1996)
Kewirausahaan adalah
usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber
melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah nilai-nilai yang membentuk
karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya, bercipta, berkarya
dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan
usahanya. Meredith dalam Suprojo
Pusposutardjo (1999), memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter
wirausaha sebagai orang yang (1) percaya
diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (3) berani mengambil risiko, (4)
berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan (6) keorisinalan.
Jadi, untuk menjadi
wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki
jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi
oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi.
Kompetensi itu sendiri
ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha. Seperti telah dikemukakan di
atas, bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan
kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang
memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different)
atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut
secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan
sesuatu yang baru (creative), kemauan
dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity),
kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu
sumber daya.
Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
Sebagai suatu disiplin
ilmu, maka ilmu kewirausahaan dapat dipelajari dan diajarkan, sehingga setiap
individu memiliki peluang untuk tampil sebagai seorang wirausahawan
(entrepreneur). Bahkan untuk menjadi wirausahawan sukses, memiliki bakat saja
tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan segala aspek usaha yang
akan ditekuninya. Tugas dari wirausaha sangat banyak, antara lain tugas
mengambil keputusan, kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisatoris dan
komersial, penyediaan modal dll.
Proses internalisasi
pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat berlangsung secara efektif, perlu
dilakukan pembenahan pada beberapa aspek fundamental seperti:
a.
Membenahi kurikulum sekolah
Pembenahan kurikulum ini menjadi penting
mengingat kurikulum adalah roh atau inti dari pendidikan itu sendiri. Namun
perlu ditegaskan kembali bahwa pembenahan ini tidak dimaksudkan untuk membuat
kurikulum baru, tetapi hanya sekedar memperbaiki atau melengkapi kekurangan
yang terdapat pada kurikulum sekolah, pembenahan kurikulum ini salah satunya
dengan cara melengkapi materi kurikulum dengan bidang studi kewirausahaan dan
mengintegrasikan nilai-nilai kkewirausahaan ke dalam silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b.
Membenahi pengorganisasian proses pembelajaran
Pembenahan proses pembelajaran ini diperlukan pengorganisasian baru yang lebih match, dan relevan, agar anak didik bisa mengalami perkembangan pribaadi yang integrative, dinamis dan kreatif. Hal ini tidak berarti bahwa pengorganisasian yang sudah berlaku di sekolah itu harus ditinggalkan. Penting dicari cara pengorganisasian untuk menunjang proses pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk aktif belajar dari pengalaman hidup sehari-hari di dalam masyarakat. Sebagai contoh pada pembelajaran materi produksi, anak dilatih keterampilan untuk memproduksi, selanjutnya hasil dititipkan dalam unit produksi disekolah untuk digunakan sebagai latihan menjual produk. Bentuk ini bukannya mengganti pengorganisasian yang sudah ada melainkan sebagai variasi pengalaman belajar anak didik.
c.
Membenahi dinamika kelompok
Hubungan pribadi antar anak didik di dalam kelas pada kenyataanya memiliki pengaruh signifikan terhadap belajar mereka. Dengan kata lain aktivitas mereka dipengaruhi oleh perasaan tentang diri sendiri dalam hubungannya dengan guru serta teman-temanya, menyikapi fenomena tersebut guru dituntut untuk kreatif dan berusaha mengadakan modifikasi pada proses kelompok anak didik di kelas, agar mampu mendukung tumbuh kembangnya nilai-nilai kewirausahaan pada diri anak didik.
d.
Membenahi kompetensi dan budaya guru
Guru adalah faktor utama, sekaligus yang
menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran, dikaitkan dengan pendidikan
kewirausahaan, peranan guru sangat penting. Selain memiliki pemahaman,
keterampilan dan kompetensi mengenai kewirausahaan, guru juga harus menjiwai
kewirausahaan itu sendiri, sebagai bagian dari karakter hidupnya. Pendek kata
dalam pribadi guru sudah menyatu dengan kewirausahaan tersebut. Maka sudah
saatnya para guru mengubah paradigma dan mindset mereka, dari sekedar
memberikan teori ranah kognitif kearah pemberian bekal pengetahuan ilmu terapan
kepada anak didiknya. Singkatnya pendidikan kewirausahaan tidak diberikan dalam
bentuk teori saja, tetapi diarahkan pada kemampuan nyata yang bisa dijadikan
proses pembelajaran tentang seluk-beluk berwirausaha.
Pendidikan Kewirausahaan |
Pendidikan
kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki
karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha. Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses
menciptakan sesuatu yang baru dan berani mengambil risiko dan mendapatkan
keuntungan. Para ahli sepakat bahwa yang dimaksud dengan kewirausahaan menyangkut
tiga perilaku yaitu:
a.
Kreatif
b.
Komitmen (motivasi tinggi dan penuh tanggung jawab), dan
c.
Berani mengambil risiko dan kegagalan.
Kewirausahaan adalah
proses inovasi dan kreasi (Kuratko &
Hodgetts, 1989; Hisrich & Peters, 2002). Orang yang berwirausaha
disebut wirausahawan (entrepreneur).
Entrepreneur adalah inovator dan kreator (Kao,
1991). Entrepreneur ialah seorang inovator (Hisrich & Peters, 2002).
Kewirausahaan adalah
singkatan dari: Kreatif, Enerjik, Wawasan
luas, Inovatif, Rencana bisnis, Agresif, Ulet, Supel, Antusias, Hemat, Asa,
Antusias, Negosiatif.(Anonim 1, 2005)
Ciri-ciri
wirausaha yang berhasil adalah:
1.
Inisiatif,
2.
Pantang menyerah (ulet),
3.
Memiliki standar mutu yang tinggi,
4,
Hemat,
5.
Selalu mencari solusi terbaik (kreatif memecahkan masalah),
6.
Berani mengambil risiko yang diperhitungkan,
7.
Persuasif,
8.
Bertindak jika ada peluang,
9.
Haus informasi,
10.
Sistematis,
11.
Percaya diri,
12.
Tegas,
13.
Menggunakan strategi yang berpengaruh,
14.
Mandiri,
15.
Optimis,
16.
Dinamis,
17.
Inovatif,
18.
Cerdik (cerdas),
19.
Mau belajar sepanjang hayat,
20.
Supel atau luwes (Pleksibel),
21.
Umpan balik ditanggapi responsif),
22.
Berorientasi pencapaian tujuan,
23.
Membangun masa depan,
24.
Komunikatif (termasuk pendengar yang baik),
25.
Enerjitik,
26.
Berorientasi pada keuntungan,
27.
Integritas,
28.
Agresif,
29.
Kompetitif,
30.
Egoistis,
31.
Petualang,
32.
Perfeksionis,
33.
Kooperatif,
34.
Pribadi yang menyenangkan,
35.
Jujur,
36.
Orientasi pada perubahan,
37.
Disiplin (mengendalikan diri),
38.
Visioner,
39.
Pengelola perubahan,
40.
Ingin berprestasi,
41.
Organisator,
42.
Pekerja keras,
43.
Motivasi kuat (komitmen),
44.
Antusias,
45.
Negosiatif,
46.
Mampu memasarkan jasa/produk.
Kewirausahaan dalam
bidang pendidikan yang diambil adalah kepemimpin anistiknya (sifatnya) seperti inovatif, bekerja
keras, motivasi yang kuat, pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik,
dan memiliki naluri kewirausahaan; bukan mengkomersilkan Sekolah/Madrasah
Contoh Kewirausahaan di sekolah dasar
dan menengah
Beberapa ide kegiatan
yang dapat diaplikasikan dalam pendidikan kewirausahaan untuk anak usia sekolah
dasar dan menengah, baik di sekolah maupun di rumah antara lain:
1. Modelling
Menurut psikolog, Dr. Seto Mulyadi cara mudah untuk penanaman nilai baik dari kewirausahaan adalah dengan bercerita. Misalnya saja, orang tua bisa menceritakan kisah tentang teman yang berhasil menjalankan bisnis, baik bisnis kecil- kecilan mapun yang sudah sukses. Setelah bercerita, orang tua dapat meyakinkan anak bahwa mereka juga bisa sukses seperti itu, dan memberikan arahan bagaiamna menjadi pengusaha baik, cerdas dan sukses. Kisah- kisah sukses dari para wirausahawan tersebut dapat dijadikan inspirasi bagi anak untuk semakin bersemangat mengembangkan jiwa wirausaha yang dimilikinya. Guru dapat melakukan pembelajaran dengan mendatangkan langusng narasumber (seorang wirausahawan) untuk langsung bercerita dikelas tentang usaha yang dijalankan. Pada saat narasumber berscerita, siswa dapat secara langsung bertanya tentang informasi yang ingin diketahui tentang usaha narasumber tersebut.
2. Observasi
Observasi merupakan kegiatan studi lapangan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan pengamatan tentang suatu objek atau keadaan. Guru dapat memberikan tugas bagi siswa untuk mengobservasi tempat- tempat usaha yang ada dilingkungan sekitar siswa atau sekolah, baik barang maupun jasa. Siswa diminta untuk mengamati berapa jumlah pegawai, barang apa yang dijual, berapa banyak barang- barang yang dapat terjual dalam satu hari, dan sebagainya. Misal, memberikan tugas pada masing- masing siswa untuk melakukan observasi di salon, bengkel, restaurant, usaha rumahan ataupun usaha-usaha lain masyarakat di sekitar atau lingkungan sekolah dan lain- lain. Siswa diminta mencatat beberapa hal yang ditemukan tentang usaha salon. Siswa dapat melakukan wawancara dengan pemilik usaha, karyawan dan bahkan para pengunjung. Dengan tugas seperti ini siswadapat memperoleh banyak informasi dan pengalaman tentang kewirausahaan. Selain itu, tugas ini dapat melatih aspek sosial siswa SD, karena anak akan berinteraksi dengan orang lain untuk memperoleh data tentang proses menjalankan usaha, bagaiman proses mendirikan usaha, pelayanan terhadap pengunjung, tanggapan pengunjung, dan hal- hal
3. Karya Wisata
Anak-
anak bisa diajak berkarya wisata atau mengunjungi tempat perbelanjaan, atau tempat-
tempat produksi barang atau jasa. Misalnya anak- anak diajak berkunjung ke
pabrik pembuatan sosis, pembuatan kue, atau produsen produsen kerajinan yang
produknya sampai dieksport ke luar negeri. Pengalaman karya wisata seperti ini
akan menjadi pengalaman yang mengesankan bagi anak, karena mereka dapat
langsung mengetahui bagaimana proses pembuatan barang dan jasa tersebut. Rasa
tertarik dan terkesan ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada anak agar
nantinya bisa membuka suatu lapangan kerja dan bermanfaat dalam menumbuhkan
jiwa kewirausahaan anak- anak. Sebelum melakukan karya wisata tentu baik siswa dan guru perlu persiapan yang matang, baik dari segi alat bahan, biaya, dan waktu.
4. Market day
Market
day adalah kegiatan seperti bazar atau pameran yang diselenggarakan oleh sekolah,
dimana terdapat siswa yang membuat dan menjual hasil karya mereka yang biasanya
diselenggarakan dalam setiap 1 bulan sekali atau sesuai kebijakan sekolah.
Kegiatan ini dilakukan oleh siswa mulai dari proses produksi, distribusi dan
konsumsi. Kegiatan ini diawali dari pemberian tugas dan tanggung jawab kepada siswa
untuk membuat barang atau kerajianan yang menerapkan prinsip kewirausahaan.
Kegiatan ini dapat diorganisasikan dalam bentuk kelompok. Hal ini berarti siswa
bersama kelompoknya mencipatakan ide membuat produk dengan menggunakan prinsip
menambah nilai guna atau manfaat dari sebuah barang.
Misal, siswa membuat kerajinan dari kain perca, dari botol bekas, stick ice cream dan lain-lain yang diubah menjadi bentuk- bentuk barang yang menarik dan bermanfaat.
Contoh lain; yang diikuti oleh siswa -siswi khususnya kelas 5. Adapun beberapa barang maupun kerajinan yang dijual hari ini seperti flanel / handycraft, coklat unik , minuman sinom dan kedelai , makanan nasi goreng dan sebagainya. Kemudian siswa diberikan untuk menjual atau menawarkan produk mereka dalam event yang diberi nama market day. Siswa yang lain dan para guru bertanggung jawab menjadi konsumen. Guru juga memiliki kewajibaan untuk terus mengontrol jalannya market day dan menanamkan nilai jual beli yang benar sesuai syaria‘at agama. Pada acara ini, pihak sekolah bisa mengundang orang tua siswa untuk ikut berpartisipasi sebagai konsumen. Hal ini dilakuan sebagai bentuk penghargaan atas kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
5. Budidaya Tanaman Sayuran di Sekolah
zaman
yang serba sulit sekarang ini memang untuk mencari sebuah pekerjaan sangatlah
sulit. Apalagi bagi mereka yang hanya tidak memiliki pendidikan tinggi.
Mengajarkan siswa untuk bisa berwirausaha akan menjadikan mereka bukanlah hanya
penerima sebagai buruh saja. Menciptakan lapangan usaha sendiri dengan modal
secukupnya namun tekad yang kuat untuk menjadi seorang wirausahawan akan mendorong
segala kemajuan dalam diri. Kewirausahaan Budidaya PertanianTanaman Sayuran di
Sekolah. Melatih siswa untuk belajar berwirausaha bisa dilakukan secara tidak
langsung. Misalnya kegiatan penghijauan di sekolah diselipkan dengan kegiatan
kewirausahaan. Dengan kegiatan secara tidak langsung tersebut, maka siswa akan
melakukan dua kegiatan secara tidak langsung pula, sehinagga kegiatan
pembelajaran bisa dilakukan dengan mengalir dan tidak kaku. Tanaman sayuran
merupakan jenis tanaman yang mudah ditanam dan tidak memerlukan perawatan yang
sulit. Jenis tanaman ini pun merupakan komuditi makanan yang paling sering kita
konsumsi. Sayuran kaya akan serta dan vitamin bagi tubuh. Tidak hanya itu,
tanaman sayuran pun bisa dijadikan sebagai wahana untuk menghijaukan sekolah.
Dengan penataan yang baik dan perawatan yang rutin maka tanaman sayuran mampu
mengiasi sekolah sehingga mempercantik penampilan sekolah. Disamping itu juga,
tanaman sayuran yang ditanam di sekolah bila digeluti dengan baik oleh siswa
dibawah pembinaan guru akan menjadi peluang bisnis bagi sekolah dan siswa
tersebut. Jenis tanaman sayuran yang bisa Anda coba untuk tanam di sekolah
misalnya tomat, sayur hijau, ketela pohon, cabai, bayam. Tidak ada salahnya
untuk mencoba hal yang baru. Mungkin kelihatannya begitu aneh menanam sayuran
di sekolah. Tetapi dengan cara demikian kita akan bisa membelajarkan ank akan
arti kebesihan, kerja keras, dan kewirausahan.
Penanaman
nilai- nilai wirausaha tidak hanya dapat dilakukan dari melalui sekolah, namun
dari unit terkecil dalam masyarakat juga memegang peran yang penting, yaitu
keluarga. Setiap individu adalah unik, walau berasal dari rahim ibu yang sama.
Untuk itu, orang tua perlu memahami kepribadian anak masing- masing anak agar
memiliki penanganan yang tepat. Akbar (2001:108) menyampaikan tentang beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam mendukung penanaman nilai kewirausahaan,
diantaranya sebagai berikut.
a. Menghargai
prestasi yang dicapai anak, diharapkan orang tua tidak memberikan
b. komentar
yang menyakitkan atau mengecilkan harga diir anak
c. Mendorong anak pada setiap kesempatan untuk meraih prestaasi terbaik
d. Memberikan
kesempatan pada anak untuk bergaul dengan orang lain
e. Memberikan
motivasi pada anak untuk selalau rajin dan tekun dalam belajar dan mengerjakan
tugas- tugas.
6. Koprasi
Koperasi
menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut:
a. Unit usaha pertokoan,
menyediakan alat tulis-menulis, buku-buku siswa, pakaian seragam sekolah,
alat-alat praktek sekolah, misalnya : alat menggambar, alat olahraga, alat
praktik biologi, alat praktik kimia dan lain-lain.
b. Unit usaha kafetaria atau kantin,
menyediakan minuman dan makanan ringan yang diperuntukan bagi guru dan siswa.
c.
Unit
usaha simpan pinjam, mewajibkan para anggota (siswa dan
guru) untuk membayar simpanan wajib secara teratur dan menggiatkan anggota
untuk menabung atau menyimpan sukarela secara teratur agar mudah
pengelolaannya. Bagi siswa dan guru yang membutuhkan pinjaman juga dilayani
sesuai dengan kebutuhan yang diatur dalam komitmen bersama
d. Unit usaha jasa,
misalnya jasa fotokopi, jasa penjilidan, jasa pengetikan untuk melayani
kepentingan guru dan siswa, sehingga tidak perlu keluar dari lingkungan sekolah
Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat
diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di
sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah,
guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai
suatu komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam
kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang
dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari.
Program Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
1.
Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi
Dalam Seluruh Mata Pelajaran
Yang
dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah penginternalisasian
nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya
kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan
pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik
sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun
di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran,
selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang
ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal,
menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan
menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan
nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang
ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat
menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem
penilaian.
Dalam
pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat
ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut
harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka
penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilai
nilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah
nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya.
Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata
pelajaran. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman
nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata
pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang
diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam) nilai
pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan
dan kerja keras.
Integrasi
pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran.
Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan
pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan.
Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan
dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam
silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan.
Sedangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan
dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana
materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai
kewirausahaan.
Prinsip
pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan
mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan
sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya
melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan
selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip
ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat.
Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Pengintegrasian
nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui
langkah-langkah berikut:
a. Mengkaji
SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup
didalamnya.
b. Mencantumkan
nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SKdan KD kedalam
silabus.
c. Mengembangkan
langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik
memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam
perilaku.
d. Memasukan
langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam
RPP.
2. Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam
Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan
Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah
berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya
kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri,
keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah
kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan
kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan
mandiri dan atau kelompok.
3.
Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan
diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral
dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya
pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik
yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah
pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta
kegiatan ekstra kurikuler.
Pengembangan
diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan kompetensi dan kebiasaan
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan
peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
Pengembangan
diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam
mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam
kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar,
wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian.
Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan
terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan
secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang
diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan
dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui
pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan
‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll)
4. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran
Kewirausahaan dari Teori ke Praktik
Dengan
cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi
yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan
bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan
dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada mata pelajaran
ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan
pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang
secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai
taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi
nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang
mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara
mendirikan kantin kejujuran, dsb.
5.
Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku
ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang
sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan
semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran
(task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi
yang berarti. Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke
dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi.
6.
Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan
melalui Kultur Sekolah
Budaya/kultur
sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi
dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai
administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.
Pengembangan
nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup
kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga
administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas
sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya
berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas
berwirausaha di lingkungan sekolah).
7.
Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan
melalui Muatan Lokal
Mata
pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu
mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal,
keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan
sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan
keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat
menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada dilingkungan sekitar
pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola
menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu
menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.
Integrasi
pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi
pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua
mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun
kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai
kewirausahaan. Cara menyusun RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai
kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang sudah ada
dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian
dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal
dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung
jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai
pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai
dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses
berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait
dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Relted Post : Materi Pelatihan 300 Jam
Related Post:
Pengembangan
Kewirausahaan melalui PKBA
Pendidikan
Kewirausahaan at swy
Coaching Dalam
Supervisi Guru & Tendik