Sahabatku sekarang mari kita mencoba untuk memahami tentang Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang sering kita singkat dengan (CTL) dalam proses kegiatan mengajar tentunya para Guru tanpa disadari melakukan pembelajaran CTL. Nah dalam hal ini mungkin ada diantara kita yang belum memahami lebih dalam, meskipun proses kegiatan keseharian dalam mengajar sesungguhnya sudah melakukan pendekatan ini. sebelumnya kita mesti paham dulu tentang hal-hal apa itu CTL secara menyeluruh berikut ini mungkin bisa membantu diantara kita tanpa basa-basi langsung saja kita bahas.
1. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Definisi pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep ini, hasil materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: kontruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment). Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah, bukan tranfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menganggapinya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih bayak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari ‘menemukan sendiri’, bukan dari ‘apa kata guru’. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan konduktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum, dalam bidang studi apa saja, dan tidak diperlukan biaya yang mahal. Secara garis besar langkah-langkah pendekatan kontekstual (Model Pembelajaran yang Efektif adalah sebagai berikut ini:
a. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan ‘masyaraat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok).
e. Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
2. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pengelolaan pembelajaran yang kontekstual dikelola mengacu pada 7 komponen, yaitu (Di. PLP, 2003: 10-20):
a. Pengajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalam belajar dan bagaimana belajar. Tugas guru adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
b. Pembelajaran Kooperatif:
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Menurut Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asuh, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Hasil penelitian yang dilakukan Johnson (1984) keunggulan pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, 2) Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati, 3) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri/egois, 4) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, 5) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perpektif, dan 6) Meningkatkan hubungan positif antara siswa terhadap guru dan personil sekolah.
c. Pembelaaran Berbasis Inkuiri
Pembelajaran dengan penemuan (inquiri) merupakan suatu komponen penting. Bruner (1966), menganjurkan pembelajaran dengan basis inkuiri sebagai berikut: “Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup, tetapi lebih ditujukan untuk membuat siswa berfikir”. Belajar dengan penemuan mempunyai keuntungan: memacu siswa untuk mengetahui, memotivasi siswa untuk menemukan jawaban, dan siswa belajar memecahkan masalah secara mandiri serta memiliki ketrampilan berfikir kritis. Inkuiri adalah seni dan ilmu bertanya dan menjawab, juga menuntut eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan metode sendiri.
d. Pengajaran Autentik:
Pengajaran autentik yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenalkan siswa untuk mempelajari konteks bermakna, siswa dituntut mengembangkan ketrampilan befikir dan pemecahan maslaah yang penting dalam konteks kehidupan nyata. Untuk memecahkan masalah, siswa harus mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi kemungkinan pemecahannya, memilih dan melaksanakan pemecahan atas masalah tersebut.
e. Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas
Hal ini membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif dimana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dan melaksanakan tugas bermakna. Siswa diberi tugas/proyek yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi autentik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya. Tidak memandang apakah tugas harus dikerjakan sebagai pekerjaan kelas atau sebagai pekerjaan rumah.
f. Pengajaran Berbasis Kerja.
Pengajaran berbasis kerja memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan sebagaimana materi tersebut dipergunakan di tempat kerja. Pengajaran berbasis kerja menganjurkan pentransferan model pengajaran dan pembelajaran yang efektif kepada aktifitas sehari-hari di kelas, baik dengan cara melibatkan siswa dalam tugas dan melibatkan siswa dalam kelompok pembelajaran.
g. Pengajaran Berbasis Jasa Layanan
Pengajaran berbasis jasa layanan memerlukan penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan. Strategi pembelajaran ini berpijak pada pemikiran bahwa semua kegiatan kehidupan dijiwai oleh kemampuan melayani. Untuk itu siswa sejak dini dibiasakan untuk melayani orang lain.
Pada dasarnya siswa lebih mudah belajar pada sesuatu yang kongkrit karena memahami konsep abstrak sulit untuk diterima. Oleh karena itu diperlukan benda-benda konkrit (riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat belajar yang berbeda-beda. Konsep abstrak yang dipahami siswa akan mengendap, melekat, dan tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan pengertian, bukan hanya melalui teori belaka.
Sementara itu dulu yang kita bahas dan lain waktu kita lanjutkan kembali dengan pembahasan lebih mendalam. untuk daftar pustakanya saya cantumkan juga di bawah dan semoga bermanfa'at. (Opar Suparma, M.Si)
Daftar Pustaka:
Bruner, J. (1978). The Process of Educational Technology. Cambridge: Harvard University.
Farris, P.J. and Cooper, S.M. (1994). Elementary Social Studies. Dubuque, USA : Brown Communications, Inc.
Weton, D.A and Mallan, J.T. (1988). Children and Their World. Boston: Houghton Mifflin Coy.
Nurhadi dan Sentuk, Agus,
Gerrad. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM
Press