Search here

20 Nov 2017

Hakekat Model Pembelajaran Cooperative Learning

Abah Opar : Hakekat Model Pembelajaran Cooperative LearningYup kita telaah tentang Hakekat Model Pembelajaran Cooperative Learning. Semoga bisa bermanfa'at untuk  peningkatan proses pembelajaran bagi para Guru. Kita menyadarinya bahwa mengajar bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran pada siswa, melainkan yang terpenting adalah bagimana bahan pelajaran tersebut dapat disajikan dan dipelajari oleh siswa secara efektif dan efisien. Dalam pembelajaran sangat diperlukan teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Agar tujuan tersebut tercapai dengan baik maka diperlukan kemampuan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar. Apabila kemampuan tersebut telah kita miliki, maka kita akan dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.


Suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan berfikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku kooperatif dan menghormati perbedaan dalam masyarakat yang heterogen.

Melaksanakan pembelajaran kooperatif dan mengubah peran guru dari peran guru sebagai pusat pembelajaran kepada peran pengelola aktivitas kelompok kecil. Lima unsur dasar dalam model pembelajaran kooperatif  adalah tatap muka, komunikasi antar anggota, tanggungjawab perseorangan, saling ketergantungan positif, dan proses kelompok.

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan suatu strategi pembelajaran yang memiliki pola tertentu dimana siswa belajar dan bekerja dalam terdiri dari orang dua orang atau lebih dalam struktur kerjasama yang teratur.

Cooperative Learning juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru melainkan juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yakni rekan sebaya ( Peer Teaching ) bagi anak tertentu, pengajaran oleh rekan sebaya terkadang lebih efektif daripada pengajaran oleh guru, terutama untuk anak yang kurang memiliki keberanian berbicara dimuka umum atau sulit mengajukan pertanyaan maupun pendapat terhadap guru. 

Keberhasilan belajar dalam Coorporative Learning bukan semata ditentukan oleh kemampua individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.
Dalam Coorporative Learning terdapat lima unsur yang harus diterapkan, antara lain :
a.       Saling ketergantungan positif, yaitu sifat yang menunjukan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok karena setiap anggota dianggap memiliki kontribusi.
b.       Tanggung jawab perseorangan, artinya bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.
c.       Tatap muka, artinya bahwa setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala dalam diskusi akan lebih baik hasilnya dibanding pemikiran satu kepala / perorangan. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok.
d.       Komunikasi antar anggota. Dalam berdiskusi atau bekerjasama diperlukan adanya komunikasi antar anggota. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat.
e.       Proses kelompok, merupakan proses perolehan jawaban permasalahan yang dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.   

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatifumumnya menempuh langkah sebagai berikut :
a.       Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik, pada tahap ini kegiatan yang ditempuh adalah Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.
b.       Menyajikan Informasi, Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demontrasi atau lewat bacaan.
c.       Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien susunan/cara duduk peserta didik selalu berkelompok, berhadap-hadapan.
d.       Membimbing kelompok bekerja dan belajar, tahap ini guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
e.       Evaluasi, pada tahap evaluasi, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f.        Memberikan penghargaan, tugas yang dilakukan guru adalah mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.

Untuk menumbuhkan motivasi kepada peserta didik dapat dilakukan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru misalnya melalui pertanyaan. Sehingga setiap individu akan terdorong melakukan sesuatu bila merasakan ada kebutuhan. Kebutuhan ini yang menimbulkan ketidakseimbangan, rasa ketegangan yang menuntut kepuasan supaya kembali pada keadaan seimbang. Ketidakseimbangan disebabkan rasa tidak puas dan bila kebutuhan itu telah terpenuhi dan terpuaskan aktivitas menjadi berkurang sampai muncul lagi kebutuhan-kebutuhan baru.
Clifford T. Morgan memandang bahwa anak (individu) memiliki kebutuhan :
1)      untuk berbuat sesuatu demi kegiatan itu sendiri,
2)      untuk menyenangkan hati orang lain,
3)      untuk berprestasi atau mencapai hasil
4)      untuk mengatasi kesulitan.
(Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran  Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004, h.12)

Pendapat di atas bila dianalisa memandang bahwa setiap anak sebagai individu pada dasarnya memiliki kebutuhan untuk berbuat sesuatu bagi diri sendiri bahkan ingin menyenangkan orang lain dan mencapai prestasi tertentu serta kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.

Hakekat pembelajaran kooperatif, terletak pada keterlibatan peserta didik dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran, diharapkan siswa mampu mengeksplorasikan perasaannya, memperoleh wawasan tentang sikap dan persepsinya, mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi, serta mengeksplorasikan inti permasalahan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya melalui berbagai cara.

Metode Pembelajaran Kooperatif, tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada mahasiswa melainkan peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, dan belajar berbagai peran orang dewasa dengan terlibat dalam pengalaman nyata/simulasi. Bahkan pembelajaran kooperatif menekankan pada saling ketergantungan positif antara peserta didik. Dengan kata lain keberhasilan belajar yang dilakukan siswa karena dorongan dan bantuan orang lain. Hal inilah yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran yang kompetitif yang memiliki saling ketergantungan negatif.

Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajar materi yang agak kompleks (Dimensi akademik) juga dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia. (Elaine B. Johnson, PH.D. Contelstual Teaching & Learning,n .Bandung : MLC,2007, h.190)

Pembelajaran Kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif konstruktivis dan teori belajar sosial Vygotsky.

Dalam pembelajaran kooperatif sekurang-kurangnya terdapat empat jenis pendekatan yang umumnya digunakan dalam mengembangkan pembelajaran, antara lain adalah Student Team Achievement Divisions (STAD), Jigsaw, Group Investigasion, dan Pendekatan Struktural.

1)      Student Team Achievement Divisions (STAD)
Student Team Achievement Divisions (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a)       Membentuk kelompok yang anggotanya + 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
b)      Guru menyajikan pelajaran
c)       Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d)      Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e)       Guru memberi evaluasi dengan memberikan skor pengembangan pada kuis yang diberikan untuk siswa secara individu. Skor pengembangan ini tidak didasarkan pada skor mutlak siswa tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor siswa lainnya.
f)       Kesimpulan
g)      Penutup

2)      Jigsaw
Model Pembelajaran Jigsaw adalah strategi pembelajaran kooperatif dimana para siswa bekerja sama dengan siswa lainnya untuk mencapai tujuan bersama. Tiap individu andil menyumbang pencapaian tujuan itu. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Hal ini yang mendorong motivasi belajar kepada siswa untuk selalu mengevalusi proses pembelajaran mereka.

Strategi pembelajaran Jigsaw diciptakan oleh Aronson dkk pada tahun 1976. Strategi pembelajaran Jigsaw merupakan model pembelajaran diskusi yang dicirikan dengan adanya kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok Asal merupakan kelompok induk atau kelompok awal yang telah dipersiapkan sebelumnya, baik oleh guru mapun atas pilihan peserta didik, namun sebaiknya diupayakaan heterogen. Kelompok ahli merupakan kelompok yang terbentuk berdasarkan nomor yang sama. Dengan adanya kelompok induk dan kelompok ahli ini peserta didik belajar dan bekerja di kelompok dan rekan yang berbeda. Kelompok ahli itulah yang akan mendapat tugas tetapi setiap satu kelompok ahli memiliki tugas yang berbeda. Pada kelompok ahli inilah akan terjadi interaksi multi arah dalam suasana diskusi kelompok selanjutnya setelah di kelompok ahli menyelesaikan pekerjaannya tiap individu kelompok ahli kembali ke dalam kelompok induk atau kelompok asal. Setelah kembali ke kelompok asal maka tiap anggota kelompok induk telah memiliki materi dan bahan yang berbeda yang harus dilaporkan kepada forum diskusi di kelompok induk. Tugas berikut yang akan diemban oleh kelompok induk adalah menyampaikan presentasi dalam forum diskusi umum.

“Strategi Pembelajaran Jigsaw adalah strategi yang mampu merangsang kreativitas dan aktivitas peserta didik untuk mengungkapkan ide, gagasan, prakarsa dan terobosan baru dalam pemecahan masalah dalam hal ini aktivitas peserta didik mampu melakukan komunikasi dan interkasi  multiarah yang berdampak para siswa memiliki sikap mampu mengembangkan solidaritas, demokrasi menghargai dan menghormati pendapat orang lain sehingga peserta didik menjadi terbiasa melaksanakan musyawarah dan memiliki sikap berani mengungkapkan ide dan gagasan di hadapan banyak orang.”( LPMP Jawa Barat, Pedoman Pembelajaran Kontekstual. Bandung : LPMP  Jawa Barat, 2004, h.20)

Kelebihan teknik Jigsaw adalah melatih setiap peserta didik untuk menganalisis, memecahkan masalah secara bersama-sama dalam kelompok yang memungkinkan peserta didik untuk mampu berkomunikasi dengan lebih banyak teman karena berganti kelompok dengan adanya kelompok induk dan kelompok ahli sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk mengenal karakter dan sifat teman-temannya sehingga akan terjalin hubungan yang dekat an kompak antar peserta didik di dalam  kelas.

Teknik pembelajaran Jigsaw merupakan modifikasi dari pola metode pembelajaran diskusi yang dikembangkan melalui pemerataan tugas tiap individu yang menjadi anggota kelompok.

“Teknik Jigsaw mengembangkan pembelajaran aktif (active learning) yang memiliki empat komponen pembelajaran aktif meliputi pengalaman, interaksi, komunikasi dan refleksi. Dari keempat komponen ini tampak yang memiliki kontribusi yang sangat besar dalam upaya mengembangkan kemampuan berfikir dan bernalar adalah komponen interaksi.” (Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran  Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004, h.12)

Seorang yang memiliki kemampuan berfikir kritis dan kreatif umumnya memiliki kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, mampu mengemukakan berbagai macam pemecahan masalah, mampu mencetuskan gagasan dengan cara tidak klise, mampu untuk menguraikan sesuatu secara rinci, dan mampu meninjau persoalan dengan cara pandang berbeda. 

Oleh karena itu teknik jigsaw mampu mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik dengan memberikan kebebasn berpendapat secara terbuka sehingga akan mampu bertindak secara demokratis.

Model pembelajaran dengan teknik Jigsaw memiliki karakteristik bekerja berkelompok dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut :
a.       Tahap I,  Guru membentuk kelompok-kelompok induk, masing-masing antra 4 – 8 orang. Masing-masing peserta didik di setiap kelompok induk diberi penomoran secara berurut sesuai dengan jumlah anggota kelompok.
b.       Tahap II, Peserta didik yang bernomor sama dikumpulkan membentuk kelompok ahli. Guru selanjutnya memberi tugas yang berbeda kepada tiap kelompok ahli untuk mendiskusikan permasalahan dengan cara bekerjasama dalam kelompok ahli tersebut. Masing-masing anggota kelompok ahli harus mengetahui atau mencatat hasil diskusi di kelompok ahli, untuk kemudian melaporkan kepada kelompok induk semula.
c.       Tahap III, setelah diskusi kelompok ahli selasai, setiap anggota kelompok kembali ke kelompok induk masing-masing untuk menyampaikan laporan dan mendiskusikan masalah dari beberapa kelompok ahli. Selanjutnya salah satu atau masing-masing kelompok induk melakukan presentasi sedangkan kelompok lain menanggapi presentasi kelompok tersebut. Setelah presentasi selesai guru memberikan penguatan dan bersama-sama murid menyimpulkan hasil belajar.
d.       Tahap IV, guru memberikan kuis individual terjadwal kemudian membuat skor perkembangan tiap siswa hasilnya diumumkan.

3)      Group Investigation
a)       Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
b)      Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
c)       Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
d)      Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
e)       Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
f)       Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
g)      Evaluasi

4)      Number Head Together
Langkah-langkah pembelajaran Number Head Together adalah :
a)       Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
b)      Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
c)       Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
d)      Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
e)       Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
f)       Kesimpulan

Media Pembelajaran
Kata media berasal dari Bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium dan secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Arif S. Sadiman (1999: 6) yang mengutip pendapat Gagne bahwa media adalah, ”Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. National Education Association (NEA) dalam Abdul Halim (2002: 11) mendefinisikan media sebagai Benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan dan dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar. AECT (Association of Education and Communication Technology) dalam Azhar Arsyad (1996: 3) memberikan batasan media sebagai, ”Segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi.” Tujuan media adalah untuk menghilangkan salah tafsir, menghindarkan kebosanan, menarik perhatian dan minat, memberikan umpan balik, dan mengatasi keterbatasan objek. Pendapat-pendapat di atas memiliki kesamaan, yaitu media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat penerima.

”Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan kata instruction dalam bahasa Inggris” (Arif S. Sadiman 1999: 7). Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dari kata pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid di dalam ruang kelas secara formal, maka pembelajaran atau instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Dalam instruction, yang ditekankan adalah proses belajar, maka pembelajaran merupakan usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pendapat di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa dalam pembelajaran ada proses belajar dan upaya pemberdayaan media yang dapat menjadi perantara atau jembatan yang membantu keberhasilan proses belajar tersebut.

Azhar Arsyad (1996: 4) mengutip pendapat Heinich, dan kawan-kawan mengemukakan istilah ”medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.”

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang berupa mahluk hidup, benda, peralatan, atau kegiatan yang digunakan untuk memperlancar penyaluran pesan yang dapat merangsang minat, pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan audien sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri seseorang atau sekelompok orang.

 Higgis dalam Ruseffendi (1993: 144) mengatakan bahwa perbandingan keberhasilan 60% lawan 10% antara menggunakan media dengan tidak menggunakan media. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa segala bentuk media yang memiliki fungsi perantara sampainya informasi dan membawa pesan-pesan serta digunakan untuk tujuan instruksional maka media tersebut disebut media pembelajaran.

Banyak pakar pendidikan yang mengklasifikasikan jenis-jenis media. Rudy Bretz dalam Arif S. Sadiman (1999: 20) mengutarakan ada delapan klasifikasi media: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi-gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi- gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak. Senada dengan itu Briggs mengidentifikasi tigabelas macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar. Selanjutnya, Gagne membuat tujuh macam pengelompokkan media, yaitu: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya, yaitu: pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, member kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih-ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional di samping pesan, orang, teknik, latar, dan peralatan. Media terdiri atas perangkat lunak (software) yang berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan; dan peralatan atau perangkat keras (hardware) yang berupa mahluk hidup atau benda perantara yang bermakna.(Opar Suparma,M.Si)


Daftar Pustaka:
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran  Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004, h.12

-------. 2008. Asyik Belajar dengan  Cooperative Learning: IPA untuk SD dan MI. Jakarta: Depdiknas Dikdasmen.

Sudarsono, F. X. 1992. Action Research. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, U. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algrensindo.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teching and Learning). Jakarta Direktorat PLP.

Pageviews Artcle

Rekomendasi Unuk Anda Baca

9 Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah

Education and Knowledge Update   Apa Saja Yang Termasuk 9 Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah itu ? Sahabatku beriku...

Comments
Comments