Search here

16 Nov 2017

Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Group Investigation

A.   Pembelajaran Kontekstual


What is context? Pertanyaan yang pertama kali muncul adalah apakah arti kata konteks? Dari segi bahasa, menggunakan kata “konteks” berarti memahami makna dari sebuah kata dengan memperhatikan makna dari kata-kata yang terkandung di dalam sebuah kalimat. Atau memahami sebuah kalimat dengan memperhatikan makna dari kalimatkalimat yang terkandung di dalam sebuah paragraf. 

Dalam sebuah kalimat, semua kata yang terkandung membangun sebuah konteks. Demikian juga dalam sebuah paragraf, semua kalimat yang terkandung membangun sebuah konteks. Jadi, konteks berarti semua kata di dalam sebuah kalimat atau semua kalimat di dalam sebuah paragraf.


Pikiran seseorang akan dipengaruhi oleh konteks di mana dia hidup dan berada atau berbagai pengalaman yang diperoleh dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagai contoh, misalnya seorang anak yang sehari-harinya hidup di kota ketika diminta untuk mengambilkan sebutir telur akan menuju ke lemari es (kulkas). Lain halnya seorang anak yang sehari-harinya hidup di desa pertanian akan menuju ke kandang ayam. Respon kedua anak tersebut berbeda sebab mereka memiliki konteks yang berbeda. Dalam konteks kota, pikiran anak akan tertuju pada lemari es (kulkas) ketika berpikir tentang telur sedangkan dalam konteks desa pertanian pikiran anak akan tertuju pada kandang ayam ketika berpikir tentang telur. Berdasarkan uraian tersebut di atas, konteks berarti hal-hal yang berkaitan dengan ide-ide atau pengetahuan awal seseorang yang diperoleh dari berbagai pengalamannya sehari-hari. Oleh karena itu, kontekstual berarti berkaitan dengan atau bersifat konteks.

Dengan mengaitkan materi pembelajaran (instructional content) dengan konteks kehidupan dan kebutuhan siswa akan meningkatkan motivasi belajarnya serta akan menjadikan proses belajar mengajar lebih efisien dan efektif. Pendekatan belajar tipe ini disebut pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Proses belajar kontekstual terjadi dalam situasi kompleks dan hal ini berbeda dengan pendekatan

behaVorist yang lebih menekankan pada latihan atau drill. Menurut Nurhadi (2002: 1) CTL merupakan konsep belajar mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan di kelas dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupannya sebagai indivdu, anggota keluarga dan masyarakat. 

Pendekatan kontekstual sebenarnya berakar dari pendekatan konstruktivstik yang menyatakan bahwa seseorang atau siswa melakukan kegiatan belajar tidak lain adalah membangun pengetahuan melalui interaksi dan interpretasi lingkungannya. Pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan konteks dibangun oleh siswa sendiri bukan oleh guru. Menurut Clifford and Wilson (Imel, 2000: 2) pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik antara lain:
1)   Menekankan pada problem solving
2)   Proses belajar mengajar diusahakan terjadi pada multiple context
3)   Membantu siswa belajar bagaimana memonitor belajarnya sehingga menjadi individu mandiri (self-regulated learners)
4)   Pengajaran bermuara pada berbagai macam konteks kehidupan siswa (life skills education)
5)   Mendorong siswa untuk belajar dari sesamanya (cooperative learning)
6)   Menerapkan authentic assessment

Sementara itu, menurut dokumen pada Center for Occupational Research and Development (CORD) yang dikutip oleh Cecep (2002: 20) menyampaikan 5 strategi bagi pendidik (guru) dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yaitu:
1)   Relating: Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata
2)   Experiencing: Belajar ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention)
3)   Applying: Pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya
4)   Cooperating: Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama
5)   Transferring: Belajar memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual, menurut  Nurhadi, (2002: 10) jika menerapkan tujuh komponen utama CTL sebagai berikut:
1)        Konstruktivisme (constructivism). Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2)        Menemukan (inquiry). Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik.
3)        Bertanya (questioning). Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4)        Masyarakat belajar (learning community). Ciptakan masyarakat belajar dengan membentuk kelompok-kelompok belajar.
5)        Pemodelan (modeling). Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6)        Refleksi (reflection). Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7)        Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Beberapa perbedaan penting antara pendekatan kontekstual yang berorientasi constructiVsm dengan pendekatan konvensional yang berorientasi behaVorism dapat dilihat pada tabel berikut (Nurhadi, 2002: 7-9).

No. Pendekatan Kontekstual Pendekatan Konvensional
1 Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa adalah penerima informasi secara pasif.
2 Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi Siswa belajar secara indiVdual.
3 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4 Perilaku dibangun atas kesadaran diri. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
5 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
6 Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri. Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor.
7 Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan. Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman.
8 Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata. Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill).
9 Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa. Rumus itu ada di luar diri siswa , yang harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan.
10 Pemahaman rumus itu relative berbeda antara siswa yang satu dengan lainnya, sesuai dengan skemata siswa (on going process development) Rumus adalah kebenaran absolut (sama untuk semua orang). Hanya ada dua kemungkinan , yaitu pemahaman rumus yang salah atau pemahaman rumus yang benar.
11 Siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran. Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal), tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.
12 Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya. Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep atau hukum yang berada di luar diri manusia.
13 Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan (dikontruksi) oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu tidak pernah stabil, selalu berkembang ( tentative & incomplete) Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
14 Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
15 Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa
16 Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dll. Hasil belajar diukur hanya dengan tes.
17 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting. Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas.
18 Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek
19 Perilaku baik berdasar motivasi intrinsic Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik
20 Seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat. Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenangkan

         B.      Pengertian Group Investigation 


Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel AVv. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih kompleks daripada pendekatan yang lebih berpusat kepada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar peserta didik keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.

C.       Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation

Group Investigation (GI) memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut :
1)      Kelebihan Group Investigation (GI)
a)      Peserta didik menjadi lebih aktif.
b)      Diskusi menjadi lebih aktif.
c)      Tugas guru menjadi lebih ringan.
d)      Peserta didik yang nilainya tertinggi diberikan penghargaan yang dapat mendorong semangat belajar peserta didik.
e)      Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda sehingga tidak mudah untuk mencarin jawaban dari kelompok lain

2)      Kekurangan Group Investigation (GI)
a)      Peserta didik cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat sedikit.
b)      Biasanya peserta didik mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil temuannya kepada temannya.

D.      Ciri-ciri Pembelajaran Group Investigation

Menurut Killen dalam bukunya Aunurrahman (2009: 152-153), memaparkan beberapa ciri-ciri esensial group investigation (GI) sebagai pendekatan pembelajaran adalah :
1)      Para peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru.
2)      Kegiatan-kegiatan peserta didik terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.
3)      Kegiatan belajar peserta didik akan selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan.
4)      Peserta didik akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar.
5)      Hasil-hasil dari penelitian peserta didik dipertukarkan di antara seluruh peserta didik.


E.       Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation
Abah Opar : Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Group Investigation

Adapun langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation (GI) menurut Sharan, dkk dalam bukunya Trianto (2007: 129) adalah:
1)      Memilih topic
Peserta didik memilih sub topik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya peserta didik diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas.

2)      Perencanaan kooperatif
Peserta didik dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan sub topik yang telah dipilih pada tahap pertama.

3)      Implementasi
Peserta didik menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya memperhatikan ragam aktivitas dan ketrampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan peserta didik kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda, baik di dalam atau diluar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

4)      Analisis dan sintesis
Peserta didik menganalisis dan mensistesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

5)      Presentasi hasil final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar peserta didik yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka, dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru.

6)      Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama. Peserta didik dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok


Daftar pustaka

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Badan Bahasa.
Koentjacaraningrat, 1986. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Numan Sumantri, 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : Penerbit Rosdakarya.
Sapriya, (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajarannya.  Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offs. https://id.wikipedia.org/wiki
Supardan Dadang, Pengantar Ilmu sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Suryono Sukanto, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Soesastro, Hadi. 2004, Kebijakan Persaingan, Daya Saing, Liberalisasi,
Globalisasi, Regionalisasi dan Semua Itu, Economics Working Paper Series http://www.csis.or.id/papers/wpe082
Jaya Suryana, Rusdiana HA, Pendidikan Multikultural, Suatu Upaya penguatan
Jatidiri Bangsa, Konsep-Prinsip-Implementasi, Pustaka Setia, Bandung, 2014




Pageviews Artcle

Rekomendasi Unuk Anda Baca

9 Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah

Education and Knowledge Update   Apa Saja Yang Termasuk 9 Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah itu ? Sahabatku beriku...

Comments
Comments