A. Pembelajaran
Kontekstual
What is context? Pertanyaan
yang pertama kali muncul adalah apakah arti kata konteks? Dari segi bahasa,
menggunakan kata “konteks” berarti
memahami makna dari sebuah kata dengan memperhatikan makna dari kata-kata yang
terkandung di dalam sebuah kalimat. Atau memahami sebuah kalimat dengan
memperhatikan makna dari kalimatkalimat yang terkandung di dalam sebuah
paragraf.
Dalam sebuah kalimat, semua kata yang terkandung membangun sebuah konteks. Demikian juga dalam sebuah paragraf, semua kalimat yang terkandung membangun sebuah konteks. Jadi, konteks berarti semua kata di dalam sebuah kalimat atau semua kalimat di dalam sebuah paragraf.
Dalam sebuah kalimat, semua kata yang terkandung membangun sebuah konteks. Demikian juga dalam sebuah paragraf, semua kalimat yang terkandung membangun sebuah konteks. Jadi, konteks berarti semua kata di dalam sebuah kalimat atau semua kalimat di dalam sebuah paragraf.
Pikiran seseorang akan dipengaruhi
oleh konteks di mana dia hidup dan berada atau berbagai pengalaman yang
diperoleh dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagai contoh, misalnya seorang anak
yang sehari-harinya hidup di kota ketika diminta untuk mengambilkan sebutir
telur akan menuju ke lemari es (kulkas). Lain halnya seorang anak yang
sehari-harinya hidup di desa pertanian akan menuju ke kandang ayam. Respon
kedua anak tersebut berbeda sebab mereka memiliki konteks yang berbeda. Dalam
konteks kota, pikiran anak akan tertuju pada lemari es (kulkas) ketika berpikir
tentang telur sedangkan dalam konteks desa pertanian pikiran anak akan tertuju
pada kandang ayam ketika berpikir tentang telur. Berdasarkan uraian tersebut di
atas, konteks berarti hal-hal yang berkaitan dengan ide-ide atau pengetahuan
awal seseorang yang diperoleh dari berbagai pengalamannya sehari-hari. Oleh
karena itu, kontekstual berarti berkaitan dengan atau bersifat konteks.
Dengan mengaitkan materi pembelajaran
(instructional content) dengan konteks kehidupan dan kebutuhan siswa
akan meningkatkan motivasi belajarnya serta akan menjadikan proses belajar
mengajar lebih efisien dan efektif. Pendekatan belajar tipe ini disebut
pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Proses
belajar kontekstual terjadi dalam situasi kompleks dan hal ini berbeda dengan
pendekatan
behaVorist yang
lebih menekankan pada latihan atau drill. Menurut Nurhadi (2002: 1) CTL
merupakan konsep belajar mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan di kelas dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupannya sebagai indivdu, anggota keluarga dan masyarakat.
Pendekatan kontekstual sebenarnya berakar dari pendekatan konstruktivstik yang menyatakan bahwa seseorang atau siswa melakukan kegiatan belajar tidak lain adalah membangun pengetahuan melalui interaksi dan interpretasi lingkungannya. Pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan konteks dibangun oleh siswa sendiri bukan oleh guru. Menurut Clifford and Wilson (Imel, 2000: 2) pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik antara lain:
Pendekatan kontekstual sebenarnya berakar dari pendekatan konstruktivstik yang menyatakan bahwa seseorang atau siswa melakukan kegiatan belajar tidak lain adalah membangun pengetahuan melalui interaksi dan interpretasi lingkungannya. Pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan konteks dibangun oleh siswa sendiri bukan oleh guru. Menurut Clifford and Wilson (Imel, 2000: 2) pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik antara lain:
1) Menekankan
pada problem solving
2) Proses
belajar mengajar diusahakan terjadi pada multiple context
3) Membantu
siswa belajar bagaimana memonitor belajarnya sehingga menjadi individu mandiri
(self-regulated learners)
4) Pengajaran
bermuara pada berbagai macam konteks kehidupan siswa (life skills education)
5) Mendorong
siswa untuk belajar dari sesamanya (cooperative learning)
6) Menerapkan
authentic assessment
Sementara
itu, menurut dokumen pada Center for Occupational Research and Development
(CORD) yang dikutip oleh Cecep (2002: 20) menyampaikan 5 strategi bagi
pendidik (guru) dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yaitu:
1) Relating:
Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata
2) Experiencing:
Belajar ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery),
dan penciptaan (invention)
3) Applying:
Pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya
4) Cooperating:
Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama
5) Transferring:
Belajar memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
Sebuah
kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual, menurut Nurhadi, (2002: 10) jika menerapkan tujuh
komponen utama CTL sebagai berikut:
1)
Konstruktivisme (constructivism).
Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2)
Menemukan (inquiry). Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik.
3)
Bertanya (questioning). Kembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4)
Masyarakat belajar (learning community).
Ciptakan masyarakat belajar dengan membentuk kelompok-kelompok belajar.
5)
Pemodelan (modeling). Hadirkan
model sebagai contoh pembelajaran.
6)
Refleksi (reflection). Lakukan
refleksi di akhir pertemuan.
7)
Penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment). Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Beberapa
perbedaan penting antara pendekatan kontekstual yang berorientasi constructiVsm
dengan pendekatan konvensional yang berorientasi behaVorism dapat
dilihat pada tabel berikut (Nurhadi, 2002: 7-9).
No. | Pendekatan Kontekstual | Pendekatan Konvensional |
---|---|---|
1 | Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. | Siswa adalah penerima informasi secara pasif. |
2 | Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi | Siswa belajar secara indiVdual. |
3 | Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan. | Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis |
4 | Perilaku dibangun atas kesadaran diri. | Perilaku dibangun atas kebiasaan. |
5 | Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman. | Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan. |
6 | Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri. | Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor. |
7 | Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan. | Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman. |
8 | Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata. | Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill). |
9 | Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa. | Rumus itu ada di luar diri siswa , yang harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan. |
10 | Pemahaman rumus itu relative berbeda antara siswa yang satu dengan lainnya, sesuai dengan skemata siswa (on going process development) | Rumus adalah kebenaran absolut (sama untuk semua orang). Hanya ada dua kemungkinan , yaitu pemahaman rumus yang salah atau pemahaman rumus yang benar. |
11 | Siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran. | Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal), tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran. |
12 | Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya. | Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep atau hukum yang berada di luar diri manusia. |
13 | Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan (dikontruksi) oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu tidak pernah stabil, selalu berkembang ( tentative & incomplete) | Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final |
14 | Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing. | Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran |
15 | Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan | Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa |
16 | Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dll. | Hasil belajar diukur hanya dengan tes. |
17 | Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting. | Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas. |
18 | Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek | Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek |
19 | Perilaku baik berdasar motivasi intrinsic | Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik |
20 | Seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat. | Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenangkan |
B. Pengertian Group
Investigation
Investigasi kelompok merupakan model
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Model ini pertama kali
dikembangkan oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan
dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel AVv. Pendekatan ini memerlukan
norma dan struktur kelas yang lebih kompleks daripada pendekatan yang lebih
berpusat kepada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar peserta didik
keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.
C. Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation
Group Investigation (GI) memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut :
1) Kelebihan
Group Investigation (GI)
a) Peserta
didik menjadi lebih aktif.
b) Diskusi
menjadi lebih aktif.
c) Tugas
guru menjadi lebih ringan.
d) Peserta
didik yang nilainya tertinggi diberikan penghargaan yang dapat mendorong
semangat belajar peserta didik.
e) Setiap
kelompok mendapatkan tugas yang berbeda sehingga tidak mudah untuk mencarin
jawaban dari kelompok lain
2) Kekurangan
Group Investigation (GI)
a) Peserta
didik cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat sedikit.
b) Biasanya
peserta didik mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil temuannya kepada
temannya.
D. Ciri-ciri
Pembelajaran Group Investigation
Menurut Killen dalam bukunya
Aunurrahman (2009: 152-153), memaparkan beberapa ciri-ciri esensial group
investigation (GI) sebagai pendekatan pembelajaran adalah :
1)
Para peserta didik bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru.
2)
Kegiatan-kegiatan peserta didik terfokus
pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.
3)
Kegiatan belajar peserta didik akan selalu
mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan
mencapai beberapa kesimpulan.
4)
Peserta didik akan menggunakan pendekatan
yang beragam di dalam belajar.
5)
Hasil-hasil dari penelitian peserta didik
dipertukarkan di antara seluruh peserta didik.
E. Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation
Adapun langkah-langkah Pembelajaran Group
Investigation (GI) menurut Sharan, dkk dalam bukunya Trianto (2007: 129)
adalah:
1)
Memilih topic
Peserta didik memilih sub topik
khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru.
Selanjutnya peserta didik diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap
kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas.
2)
Perencanaan kooperatif
Peserta didik dan guru merencanakan
prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan sub topik
yang telah dipilih pada tahap pertama.
3)
Implementasi
Peserta didik menerapkan rencana yang
telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya
memperhatikan ragam aktivitas dan ketrampilan yang luas dan hendaknya
mengarahkan peserta didik kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda, baik
di dalam atau diluar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
4)
Analisis dan sintesis
Peserta didik menganalisis dan
mensistesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan
bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik
sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.
5)
Presentasi hasil final
Beberapa atau semua kelompok
menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas,
dengan tujuan agar peserta didik yang lain saling terlibat satu sama lain dalam
pekerjaan mereka, dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi
dikoordinasi oleh guru.
6)
Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok menangani
aspek yang berbeda dari topik yang sama. Peserta didik dan guru mengevaluasi
tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan.
Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok
Daftar
pustaka
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Badan Bahasa.
Koentjacaraningrat, 1986. Pengantar Antropologi.
Jakarta: Aksara Baru.
Numan Sumantri, 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan
IPS. Bandung : Penerbit Rosdakarya.
Sapriya, (2009). Pendidikan IPS Konsep dan
Pembelajarannya. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offs. https://id.wikipedia.org/wiki
Supardan Dadang, Pengantar Ilmu sosial: Sebuah Kajian
Pendekatan Struktural, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Suryono Sukanto, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: Rajawali Press.
Soesastro, Hadi. 2004, Kebijakan Persaingan, Daya
Saing, Liberalisasi,
Globalisasi, Regionalisasi dan Semua Itu, Economics
Working Paper Series http://www.csis.or.id/papers/wpe082
Jaya Suryana, Rusdiana HA, Pendidikan Multikultural,
Suatu Upaya penguatan
Jatidiri Bangsa, Konsep-Prinsip-Implementasi, Pustaka
Setia, Bandung, 2014