Pengertian ditinjau secara morfologi Kata “supernatural'. Terdiri dari dua kata yang menunjuk arti sama. Dari kata Latin 'super' dan 'natural', yang berarti di atas (luar) ambang kodrati "adikodrati', yang tidak melekat-serta pada kondisi kelahiran atau munculnya sesuatu. Adikodrati atau supranatural ("supra" berarti "atas", dan "nature" yang berarti alam, pertama kali digunakan pada 1520 - 1530 M) adalah sebutan untuk kejadian yang tidak bisa dijelaskan dengan hukum alam, atau berada di atas dan di luar alam. Kita dapat membedakn pengertian Supranatural dan paranormal.
Adapun kata paranormal berasal dari bahasa Yunani. ‘Para’ artinya ‘diluar’ atau ‘melampaui’, dan normal. Jadi dari asal katanya, paranormal berarti sesuatu diluar normal atau melampaui hal-hal normal. Secara definitif, paranormal adalah istilah yang digunakan untuk segala jenis fenomena psikis, pengalaman atau kejadian yang terlihat memiliki hubungan dengan jiwa (psikis) atau pikiran (mind), dan yang tidak dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip fisika. Sedangkan orangnya disebut paranormalis.
Pengertian kata 'supranatural' diacukan pada dunia 'paranormal', ialah suatu kenyataan dunia tercipta biasa tetapi belum terdeteksi oleh manusia dalam disiplin ilmu konvensional. Lingkup pengertiannya mengkerusut pada bidang parapsikologi atau parabiologi sehingga terjadi penyederhanaan pemahaman terhadap kekuatan supranatural, kategori 'natural', artinya tanpa campur tangan pihak lain secara luar biasa, bakat itu sudah ada dan operasional.
Pengertian kata 'supranatural' diacukan pada dunia 'paranormal', ialah suatu kenyataan dunia tercipta biasa tetapi belum terdeteksi oleh manusia dalam disiplin ilmu konvensional. Lingkup pengertiannya mengkerusut pada bidang parapsikologi atau parabiologi sehingga terjadi penyederhanaan pemahaman terhadap kekuatan supranatural, kategori 'natural', artinya tanpa campur tangan pihak lain secara luar biasa, bakat itu sudah ada dan operasional.
Semula orang segan masuk ke dalam masalah paranormal. Ternyata setelah ada orang yang mau mempelajarinya, kekuatan 'paranormal' lebih cenderung disebut karunia kodrati 'natural', ikut melekat pada kelahiran orang yang memang berbakat, yang pada kenyataannya adalah alam paranormal.
Setiap manusia diciptakan dari saripati tanah,saripati air,saripati api dan saripati udara, empat inti alam ini menjadi satu didalam tubuh manusia, jikala manusia tersebut dapat mengolah daya bathinnya dan memunculkan kekuatan empat inti alam ini maka manusia tersebut akan mempunyai kekuatan alamiah atau dapat mengendalikan kekuatan alam bawah sadarnya, seperti terbukanya indra keenamnya, bisa meneropong atau mendeteksi sesuatu benda,mengendalikan air, mengendalikan hujan, mengobati sesama dsb...,dan bagi yang mau belajar pasti bisa memunculkan dan mngendalikan kekuatan itu. wallahu ‘alam bisawab.
Dari pernyataan di atas dan dalam realita kehidupan sehari-hari dapat kita simpulkan bahwa :
Supranatural adalah segala sesuatu fenomena atau kejadian yang tidak lazim, tidak umum, atau bahkan di anggap diluar batas kemampuan manusia pada umumnya dan juga tidak sesuai dengan hukum alam. Untuk lebih dapat di pahami secara umum. Maka arti dari supranatural itu sendiri adalah tidak berhubungan dengan hal-hal yang nyata, Ajaib, Tidak dapat di jelaskan secara akal sehat, Tidak dapat dijelaskan dengan logika dan hampir biasanya berhubungan dengan hal-hal ghaib,
Mari kita artikan lebih mendalam, Supranatural adalah segala sesuatu fenomena atau kejadian yang tidak umum, tidak lazim, atau bahkan di anggap diluar batas kemampuan manusia pada umumnya dan juga tidak sesuai dengan hukum alam.Untuk lebih dapat di pahami secara umum. maka arti dari supranatural itu sendiri adalah tidak berhubungan dengan hal-hal yang nyata. Ajaib, Tidak dapat di jelaskan secara akal sehat, Tidak dapat dijelaskan dengan logika dan hampir biasanya berhubungan dengan hal-hal ghaib.
Supranatural merupakan segala sesuatu fenomena atau kejadian yang tidak umum atau tidak lazim atau dianggap di luar batas kemampuan manusia pada umumnya dan tidak sesuai dengan hukum alam. Sebenarnya kemampuan ini bisa didapat dengan mengembangkan cakra atau pusat-pusat energi dalam tubuh.
Dalam tradisi jawa kekuatan Supranatural dapat di gali dengan lelaku tirakat tertentu untuk memperoleh kemampuan yang luar biasa di luar jangkauan akal, Daya supranatural tradisi jawa ini sampai sekarang masih banyak di buru orang, namun untuk mendapatkan kemampuan tersebet tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, perlu adanya tirakatan tertentu yang harus di jalani namun yang perlu di perhatikan adalah adanya pembimbing/gurunya yang benar-benar paham dalam hal supranatural.
Guru Pembimbing tugasnya adalah menuntun agar kita melakukan penebusan lelaku tertentu agar daya supranatural yang kita harapkan dapat kita kuasai.
Pada zaman Rosul kekuatan supranatural sudah ada yang namanya sihir, sedangkan Rosul sendiri dibekali dengan Mukjizat, mukjizat bukan kekuatan supranatural tetapi kekuatan yang datangnya langsung dari Alloh SWT baik berupa keilmuan maupun Firman-Firman_Nya yang dititipkan kepada setiap Nabi dan Rosul
Iman memang bersangkutan dengan alam supranatural, preternatural, paranormal dan natural. Namun korelasi antara sikap iman dengan berbagai dunia ini mempunyai kadarnya sendiri-sendiri.
Tafsir Spiritual dari Peristiwa Supranatural Al-Quran berulangkali menjelaskan kekuatan supranatural yang dianugerahkan Tuhan kepada para rasul. Sulaiman as memahami bahasa burung, menundukkan makhluk gaib seperti jin dan Ifrit, menaklukkan angin sehingga angin bergerak sesuai dengan perintahnya. Daud as melunakkan besi dengan jari-jarinya. Ibrahim as mengubah panas api menjadi dingin dan menghidupkan burung yang sudah dicincang-nya.
Musa as mengalahkan tukang-tukang sihir, membelah lautan, dan mengeluarkan air dari bebatuan semuanya dengan tongkatnya. Isa as menyembuhkan yang sakit dan meng-hidupkan yang mati. Yusuf as menyembuhkan kebutaan ayahnya dengan mengusapkan pakaiannya ke matanya. Muhammad saw membelah bulan. Di samping kekuatan supranatural, Al-Quran menceritakan juga pengetahuan supra-natural (ilmu gaib) yang dimiliki para Nabi as:
1. Nabi Adam as mengetahui nama-nama yang tidak diketahui oleh para malaikat (QS. Al-Baqarah 31-33).
2. Nabi Nuh as mengetahui bahwa tidak akan bertambah orang yang beriman kepadanya dan bahwa orang-orang kafir di tengah-tengah kaumnya hanya akan melahirkan generasi yang durhaka saja (QS. Hud 36; QS. Nuh 26-27).
3. Nabi Ibrahim as melihat (diperlihatkan kepadanya) alam malakut di langit dan bumi (QS. Al-An’am 75).
4. Nabi Ya’qub as mengetahui apa yang bakal terjadi pada putranya Yusuf as dan kelak tahu bahwa Yusuf masih hidup (QS. Yusuf 4-6, 13, 18).
5. Nabi Luth as mengetahui bahwa kaumnya akan dibinasakan pada waktu Subuh (QS. Hud 81).
6. Nabi Yusuf as mengetahui takwil mimpi dan meramalkan apa yang bakal terjadi pada orang yang bermimpi itu (QS. Yusuf 101, 36-41, 43-49).
7. Nabi Shaleh as me-nubuwwat-kan bahwa kaumnya akan menerima azab setelah tiga hari (QS. Hud 64-65; QS. Al-Dzariyyat 43-44).
8. Nabi Isa as mengetahui apa yang akan dimakan oleh kaumnya dan apa yang mereka simpan (QS. Ali Imran 49).
9. Nabi Muhammad saw mengetahui bahwa istrinya menyebarkan rahasianya (QS. Al-Tahrim 13)
10. Yang sangat terkenal, Nabi Khidhir mengetahui apa yang bakal terjadi dan melakukan berbagai tindakan untuk menghindarkan kecelakaan (QS. Al-Kahf 60-82).
Kekuatan dan pengetahuan supranatural juga dapat terjadi pada orang-orang yang bukan Nabi. Sihir termasuk di antaranya. Kita tidak membicarakan sihir pada kesempatan sekarang, karena kita telah membicarakannya pada waktu yang lain.Kisah Ashaf bin BurkhayaAl-Quran bercerita tentang kisah Nabi Sulaiman as dan Ratu Bilqis: “Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasana-nya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datangkan kepadamu singgasana itu sebelum kau berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya).” (QS. Al-Naml 38-40) Di sini dikisahkan kekuatan supra-natural yang dimiliki oleh “seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab”.
Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang orang ini. Sebagian mengatakan orang ini malaikat Jibril atau malaikat lain yang ditugaskan untuk membantu Nabi Sulaiman as. Menurut Ibn Abbas orang itu ialah Ashaf bin Burkhaya, wazir Sulaiman. Ia mengetahui nama Allah yang agung, yang bila berdoa dengan nama itu, Allah akan mengabulkannya. Yang lain berkata: Orang itu Nabi Khidhir as. Dr. Al-Zuhaili menulis selanjutnya, “Yang benar adalah pendapat Al-Razi. Orang itu Sulaiman as, karena ia lebih mengetahui Al-Kitab daripada yang lain dan karena ia seorang Nabi.” Tetapi kata Abu Hayyan, “Pendapat yang paling aneh ialah orang itu Nabi Sulaiman. Seakan-akan ia berkata kepada dirinya: Aku akan datangkan kepadamu sebelum matamu berkedip.”Al-Fakhr Al-Razi memang lebih suka menisbatkan orang itu kepada Nabi Sulaiman as dengan alasan:
1. Kata alladzî menurut bahasa menunjukkan orang tertentu; dan orang yang dikenal mengetahui ilmu Al-Kitab adalah Sulaiman as. Ia lebih tahu tentang Al-Kitab karena ia Nabi;
2. Mendatangkan singgasana pada waktu yang begitu cepat menunjukkan derajat yang tinggi. Sekiranya yang melakukan-nya Ashaf, bukan Sulaiman as, tentulah Ashaf lebih utama daripada Sulaiman as. Hal yang tidak mungkin;
3. Sekiranya Sulaiman as memerlukan bantuan Ashaf, berarti kedudukan Sulaiman as kurang di mata manusia;
4. Sulaiman as berkata, “Ini adalah karunia Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersyukur atau kufur.” Ini menunjukkan bahwa peristiwa yang menakjubkan itu dimunculkan Tuhan karena doa Sulaiman as.Seperti Abu Hayyan, saya kira menisbatkan orang itu kepada Nabi Sulaiman as bertentangan dengan konteks kalimat. Bukankah Sulaiman as meminta kepada para pembesarnya untuk mendatangkan singgasana itu? Jika orang itu Sulaiman as, mata siapa yang berkedip itu?
Sebagaimana pendapat jumhur mufassirin, dan berdasarkan banyak hadis , kita harus menisbatkan orang itu kepada Ashaf bin Burkhaya. Ia itu orang yang sangat berilmu, wazir Nabi Sulaiman as, dan dalam satu riwayat disebut-sebut sebagai orang yang diwasiatkan untuk menjalankan pemerintahan sepeninggalnya.Terjadi juga ikhtilaf tentang apa yang dimaksud “ilmu dari Al-Kitab”. Yang paling mashur di kalangan ‘urafâ’, Al-Kitab yang dimaksud adalah Kitab Al-Ma’rifat Al-Rabbaniyyah, yang terdiri dari pengetahuan tentang asma Allah. pengetahuan ini disebut juga sebagai pengetahuan tentang 72 huruf dari 73 huruf kitab makrifat. Dr. Al-Shadiqi menjelaskan tafsir ruhaniah dari ayat di atas sebagai berikut:Satu huruf dari Nama yang agung ini dikhususkan kepada Tuhan, yaitu dimensi zat, sifat zat, dan hakikat sifat fi’liyah. Semua huruf yang lain adalah dimensi-dimensi makrifat yang dibagi-kan kepada hamba-hamba Allah yang mukhlis.
Setiap kali bertambah huruf-huruf makrifat ini, bertambahlah syariat yang dipikul oleh pemiliknya. Allah pun menambah penampakkan (mazhhar) pada ayat-ayat pengetahuan dan kekuasaan-Nya, “Wahai hamba-Ku, taatilah Aku sehingga Aku jadikan kamu seperti Aku. Aku berkata kepada sesuatu jadilah, maka ia pun menjadi.” Betapa pun berbedanya “kun” takwiniyah dari Tuhan sendiri.Ashaf bin Burkhaya adalah hamba Allah yang mukhlis.
Dengan pensucian dirinya, ia dianugerahi Allah pengenalan akan asma Allah yang Agung. Ia menyerap sifat-sifat Tuhan, termasuk kalimat “kun”. Dengan itu ia mengeluarkan kekuatan yang supranatural, karena ia sudah menjadi mazhhar dari kekuasaan Tuhan. Ia menjadi tajalliyat dari Allah sendiri.
Dalam istilah Ibn ‘Arabi, ia menjadi insan kamil. Dengan demikian, manusia selain Nabi, melalui proses pensucian diri dan penyerapan asma Allah, akan sanggup melahirkan peristiwa-peristiwa supranatural. Bukan mukjizat, tetapi keramat. Perbedaan istilah itu juga menunjukkan hirarki kekuatan itu di alam semesta.Contoh lain dalam Al-Quran tentang manusia biasa yang dianugerahi Allah kekuatan supranatural adalah Maryam. Al-Quran melukiskan Maryam sebagai perempuan yang saleh, yang menghabiskan waktunya dalam mihrab. Tuhan menurunkan makanan dari langit ke mihrabnya (QS. Ali Imran 37). Ia juga diberi kekuatan luar biasa untuk menjatuhkan buah kurma dengan menggerakkan batang pohonnya ketika ia sedang dilanda sakit pada waktu melahirkan. (QS. Maryam 23-26).
Kisah SamiriAl-Quran juga bercerita tentang seseorang yang berhasil membuat patung yang bisa berbicara. Dengan patung itu, ia membawa Bani Israil yang ditinggalkan Musa as kepada kesesatan (QS. Thaha 88). Ketika Musa as menyaksikan keajaiban patung emas yang dibuat Samiri, berkata Musa, “Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) Hai Samiri?” Samiri menjawab, “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak Rasul lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku.” (QS. Thaha 95-96).Dalam kisah ini,
Al-Quran mencerita-kan manusia biasa, bahkan orang yang fasik, berhasil melahirkan kekuatan supranatural, karena ia memanfaatkan “segenggam dari jejak Rasul.” Para ahli tafsir meriwayatkan berbagai keterangan tentang ini. Sebagian mengatakan bahwa ketika Bani Israil menyeberangi Laut Merah, Samiri melihat malaikat Jibril berjalan di hadapannya menunggang kuda. Rasul di situ adalah Jibril. Ia mengambil tanah yang diinjak oleh malaikat. Tanah itu dimasukan ke dalam adonan patung emas yang dibuatnya. Dengan “berkat” tanah itu, patung itu mempunyai kekuatan gaib.
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Rasul di situ adalah Nabi Musa as. Siapa saja yang dimaksud, Al-Quran mengajarkan bahwa orang dapat memperoleh kekuatan gaib dengan mengambil berkat dari jejak Rasul. Pada dasarnya, semua ilmu itu datangnya dari Allah (Ilmu Laduni)
Ilmu laduni dalam pengertian umum ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, ilmu yang didapat tanpa melalui tahapan belajar (wahbiy). Kedua, ilmu yang didapat melalui usaha belajar (kasbiy).
Ilmu Wahbiy yaitu ilmu yang didapat tanpa melalui tahapan belajar. Ilmu ini terbagi menjadi dua macam:
Ilmu syar'iat
Ilmu Syar'iat, yaitu ilmu tentang perintah dan larangan Allah yang harus disampaikan kepada para Nabi dan Rasul melalui jalan wahyu (wahyu tasyri'), baik yang langsung dari Allah maupun yang menggunakan perantaraan malaikat Jibril. Jadi semua wahyu yang diterima oleh para nabi semenjak Nabi Adam alaihissalam hingga Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah ilmu laduni termasuk yang diterima oleh Nabi Musa dari Nabi Khidir. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang Khidhir: "Yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (Al-Kahfi: 65)
Di dalam hadits Imam Al Bukhari, Nabi Khidir alaihissalam berkata kepada Nabi Musa alaihissalam: "Sesungguhnya aku berada di atas sebuah ilmu dari ilmu Allah yang telah Dia ajarkan kepadaku yang engkau tidak mengetahuinya. Dan engkau (juga) berada di atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadamu yang aku tidak mengetahuinya juga."
Ilmu syari'at ini sifatnya kebenarannya mutlak, wajib dipelajari dan diamalkan oleh setiap mukallaf (baligh dan mukallaf) sampai datang ajal kematiannya.
Ilmu ma'rifat
Ilmu Ma'rifat (hakikat), yaitu ilmu tentang sesuatu yang ghaib melalui jalan kasyf (wahyu ilham / terbukanya tabir ghaib) atau ru'ya (mimpi) yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hambaNya yang mukmin dan shalih.
Ilmu kasyf inilah yang dimaksud dan dikenal dengan julukan "ilmu laduni" di kalangan ahli tasawuf. Sifat ilmu ini tidak boleh diyakini atau diamalkan manakala menyalahi ilmu syari'at yang sudah termaktub di dalam mushaf Al-Qur'an maupun kitab-kitab hadits. Menyalahi di sini bisa berbentuk menentang, menambah atau mengurangi.
Ilmu kasbiy
Adapun bagian kedua yaitu ilmu Allah yang diberikan kepada semua makhluk-Nya melalui jalan kasb (usaha) seperti dari hasil membaca, menulis, mendengar, meneliti, berfikir dan lain sebagainya.
Dari ketiga ilmu ini (syari'at, ma'rifat dan kasbiy) yang paling utama adalah ilmu yang bersumber dari wahyu yaitu ilmu syari'at, karena ia adalah guru. Ilmu kasyf dan ilmu kasb tidak dianggap apabila menyalahi syari'at. Dalam pemahaman terhadap pengertian Supranatural yang sudah di jelaskan di atas tentunya kita dapat menyimpulkan sendiri selanjutnya kita akan dihadapkan kepada sebuah pertanyaan yang mestinya butuh jawaban yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu silahkan baca juga bagaimana pendapat ilmiah dari Tafsir Materialistik Terhadap Supranatural serta bagaimana pendapat para Ulama terhadap hal tersebut yaitu adakah hubungan antara Tafsir Spiritual dari peristiwa Supranatural saudaraku bisa baca pada artikel yang Abah Opar posting di sini dan semoga bermanfaat paling tida sebagai perbendaharaan knowledge kita.
Related Post :